Kompas TV lifestyle kesehatan

Kesadaran Masalah Nyeri Masih Diabaikan, INS Buat Kampenye Sehat Indonesia Bebas Nyeri 2030

Kompas.tv - 17 Mei 2023, 06:23 WIB
kesadaran-masalah-nyeri-masih-diabaikan-ins-buat-kampenye-sehat-indonesia-bebas-nyeri-2030
Presiden INS & Chairman JPNSC dr Alif N Rahman, Sp.OT saat konferensi pers terkait kampanye Indonesia Sehat dan Bebas Nyeri 2030. (Sumber: Dok. JPNSC)
Penulis : Johannes Mangihot | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kesadaran masyarakat untuk mengetahui permasalahan nyeri bagian tubuh sedari dini diperlukan agar penanganan kondisi tersebut tidak semakin kompleks.

Presiden International Neuromodulation Society (INS) INA & Chairman Jakarta Pain Intervention, Neuromodulation And Sonologist International Converence (JPNSC), dr Alif N Rahman, Sp.OT menyatakan permasalahan kesehatan pasca pandemi Covid-19 semakin kompleks.

Apalagi permasalahan nyeri tubuh di kebanyakan masyarakat indonesia saat ini semakin banyak terjadi. 

Untuk itu perlu adanya kesadaran agar permasalahan kesehatan tubuh, utamanya nyeri di bagian tubuh bisa terdeteksi lebih awal.

Dalam rangka membantu masyarakat memahami kondisi nyeri, INS Indonesia Chapter menggelar kampanye sehat bertema "Indonesia Bebas Nyeri" dan konferensi internasional JPNSC Tahun 2023.

Baca Juga: Mengenal Kalikiben yang Bikin Perut Nyeri karena Lari Usai Makan dan Minum

Menurut Alif kampanye sehat ini menjadi ajang mengenalkan dan memproteksi kesehatan masyarakat Indonesia bahkan Asia. 

"Agar masyarakat kita lebih peduli dengan kesehatan mereka, utamanya semua hal yang berhubungan dengan syaraf," ujar Alif dalam keterangan tertulisnya, Selasa (16/5/2023).

Pihaknya juga tengah membangun klinik nyeri dan Neuromodulasi terbesar se-Asia Tenggara yang diberi nama Articulan Klinik, sebagai langkah menuju Indonesia Bebas Nyeri di tahun 2030. Rencananya klinik akan diresmikan pada 27 Agustus 2023.

Saat ini pihaknya masih melakukan prosedural operasi-operasi orthopedi bagi pasien yang memang tidak bisa atau tidak mau diberikan intervensi. 

Sebaliknya, dia melakukan Manajemen Intervensi Nyeri (IPM) dan neuromodulasi untuk pasien yang memang mungkin belum bisa dilakukan tindakan operatif.

Baca Juga: Sering Merasakan Nyeri di Area Tumit? Bisa Jadi Kamu Kena Plantar Fasciitis

"Masalah nyeri sesuatu hal yang harus diselesaikan agar pasien bisa hidup lebih nyaman dalam beraktivitas," ujarnya. 

Founder Neorumodulasi dunia Prof Jan Carlo Barolak Romana menyambut baik konvensi neorumodulasi JPNSC Tahun 2023. 

Menurutnya Neuromodulasi merupakan area yang berkembang sangat pesat di dunia kedokteran saat ini. Bahkan pendiri Telsa, Elon Musk telah membuat prerusahaan Neuromodulasi baru bernama Neuro Link untuk melakukan stimulasi otak. 

Ada juga perusahaan farmasi Galaxsus Midclain yang bekerjasama dengan Google membuat perusahaan Neuromodulasi bernama Galbani. 

Tujuan utama dari Neuromodulasi adalah untuk menolong orang, untuk membuat orang merasa lebih baik. 

Baca Juga: 5 Olahraga atau Stretching untuk Meredakan Nyeri Reumatik, Ternyata Mudah Dilakukan

Hal ini sangat berbeda dengan area lain di bidang kedokteran, dokter hanya memberikan obat untuk nyeri misalnya untuk lutut dimana kemudian orang akan kembali merasakan sakit. 

"Dalam Neuromodulasi anda harus membuat orang merasa lebih sehat, ini yang membedakan degan treatment lainnya. Jika saya gagal membuat orang itu saya gagal," ujarnya.

Di kesempatan yang sama Ketua MKDKI PB IDI dr Prasetyo Edi, memastikan bahwa IPM sudah memenuhi kaidah Pasal 21 Kode Etik Kedokteran yang menjelaskan seorang dokter wajib mengikuti perkembangan teknologi.

Kemudian Peraturan Konsil Kedokteran Nomor 40 tahun 2018 tentang Pengesahan Buku Putih Kompetensi IPM dalam Bidang Spesialisasi Kedokteran Yang Berbeda.

Kemudian Permenkes Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan dan Pencegahan Penyakit, permasalahan nyeri bagian tubuh bisa masuk dalam pembiayan BPJS. 


 

"Artinya sudah clear bahwa kompetensi IPM itu adalah ranah 5 koligium, sehingga menurut saya demi kemaslahatan umat maka jadi BPJS sudah harus pasti bisa membayar layanan ini," ujar Prasetyo.

Sementara itu Prof. Henny Suzana Mediani dari Persatuan Perawat Seluruh Indonesia (PPNI) mendukung program Indonesia Bebas Nyeri yang diinisasi oleh Indonesia Neuromodulation Society.

Menurutnya, tugas mengatasi nyeri bukan hanya dari dokter saja, tetapi juga tugas dari perawat sebagai mitra para dokter. Perawat mempunyai tanggung jawab untuk mengatasi nyeri, hal ini karena perawat lebih banyak bersama dengan pasien di rumah sakit.

"Artinya perawat harus mengetahui berapa derajat intensitas nyeri yang dialami pasien, perawat juga harus tahu obat yang diberikan dokter seperit apa, efek sampingnya seperti apa," jelasnya.

 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x