Terlebih lirik lagu dangdut jamak akan gambaran kehidupan yang keras, kemiskinan, ketidakadilan, dan masalah sosial lainnya.
Lagu bertema minuman keras, narapidana, penjara, orang tak punya, perjudian, tak lupa nasehat agama acap kali menjadi lirik lagu dangdut.
Sudah barang tentu dalam perjalanan evolusi musik ini ada juga yang menyerempet masalah percintaan.
Uniknya, semua tema itu bisa dinikmati sambil berjoged. Intinya, perihal ini suara masyarakat kelas bawah menyuarakan keluhan, aspirasi dan masalah sosial.
Nah... itu pendapat Presiden ke 4, Gus Dur lho. Klop dengan lagu-lagu OM Lorenza yang mengaransemen lagu Tambal Ban.
Lagu Tambal Ban merupakan realitas sosial masyarakat yang acapkali dijumpai di pinggir jalan.
Para tukang tambal ban menawarkan jasa menambal ban sepeda motor yang bocor.
Keberadaan tukang tambal ban dibutuhkan para pengguna jalan yang ban motornya bocor dan harus ditambal agar bisa melanjutkan perjalanan.
Dalam genre musik, hal itu sudah menjadi subkultur sendiri. Subkultur genre musik yang menunjuk kelompok orang yang memiliki minat dan ketertarikan yang sama terhadap genre musik tertentu.
Mereka tidak hanya menikmati musik tersebut, tetapi juga menjadikannya bagian dari identitas dan gaya hidup.
Subkultur ini biasanya memiliki nilai-nilai, norma, simbol, dan perilaku yang khas, membedakan mereka dari kelompok masyarakat lainnya.
Kalau bicara masalah genre musik dangdut, mereka tak sengaja melakukan pemberontakan kepada warna musik yang ada.
Bicara dangdut saja, ada dangdut elektronik, dangdut campursari, hingga dangdut koplo yang belakangan digemari hingga ke manca negara.
Baca Juga: Pesta Rakyat di Brebes Berlangsung Meriah dengan Expo UMKM dan Konser Koplo
Namun tiba-tiba publik dangdut kaget atas kemunculan OM Lorenza dengan dangdut jadul.
Kemunculan mereka diperkuat dengan gaya penonton yang “ngibing” menggunakan baju 70 an.
Hasilnya, viral lah komunitas ini di media sosial, menjadi fenomena yang melempar netizen ke jaman dahulu.
Makin meluas tidak hanya di kalangan pecinta dangdut, tapi juga kalangan yang lebih luas. Asyik didengar, unik dilihat, outputnya netizen tersenyum.
Kalau diotak-atik gathuk, lirik lagu Tambal Ban, yakni menambal kebocoran agar bisa melanjutkan perjalanan.
Esensi lirik yang klop dengan efisiensi pemerintah sekarang. Presiden melakukan efisiensi, agar tidak terjadi kebocoran, keborosan, sehingga pemerintahan bisa terus melanjutkan perjalanan.
Pak Prabowo, gerakan Om Lorenza ini terus meluas di dunia maya, tidak hanya di Solo Raya.
Jika mereka konser, terjadi perputaran uang di sana. Ada transaksi rakyat kecil terjadi, mulai tiket, makanan minuman, asesoris.
Bahkan, ada satu mall di Solo Raya yang sengaja menjual baju jadul sebagai kostum saat hadir di konser OM Lorenza.
Mungkin bapak mau menemui mereka, sekedar bergoyang pelan, agar tersenyum dan fresh.
Bukannya bapak juga dulu waktu kampanye suka berjoged?
Baca Juga: Fenomena Remix TikTok, DJ Desa X Madara Dusal Trending Berkat Dangdut Koplo
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.