Oleh: Andi Dewanto, Jurnalis Kompas TV
Ratusan pria tua dan muda itu mengenakan busana tahun 70 an. Celana cutbray, baju dada terbuka, lengan dilinting, kaca mata hitam cenderung bulat melebar, rambut gondrong atau bertopi flat cap, koboi dan sejenisnya.
Mereka berduyun-duyun, bergerombol membawa berbagai properti-properti jadul yang mengundang senyum.
Baca Juga: Inul Ungkap Alasannya Mau Pensiun dari Dunia Dangdut
Satu komando, satu suara, bersatu tak terkalahkan, mereka bergerak merangsek ke satu titik.
Serempak tubuh mereka bergerak joged dangdut 80 an, ketika terdengar suara kendang, seruling, gitar, bas, organ, dan tentu saja finger print dangdut 80 an, yaitu mandolin dipetik.
Gerombolan berkostum jadul itu goyang sambil mengangkat ban bekas, tape recorder lawas, bahkan ada kompresor angin mereka angkat-angkat.
Mereka goyang syahdu menikmati Orkes Melayu Lorenza (OM Lorenza), sekelompok musisi dangdut asal Sukoharjo, yang belakangan viral di medsos.
Lagu berjudul Tambal Ban, sebagai ekspresi realitas sosial kehidupan masyarakat kelas bawah membuat masa berjoged semua.
“Aku iki tukang tambal ban
Uripe Sak ndalan-ndalan
Golek Duit, duit sing halal
Penting cukup kanggo sandang lan pangan”
Itu sepenggal lagu tambal ban, yang menggerakkan massa berpakaian retro tersebut.
Tua muda, pria wanita bergoyang jadul, asik dengan diri sendiri. Tak ada senggolan, tak ada perkelahian. Seperti terlempar ke masa lalu yang penuh damai, asik, dan khusuk berdendang.
Musik ini sudah tidak asing lagi bagi rakyat Indonesia. Musisinya terus berinvoasi, berkreasi, sehingga landscape musik ini bisa berubah mengikuti jaman.
Baik dari sisi teknologi alat musik, kreatifitas joged, hingga tema lirik lagu.
Dulu dikenal sebagai musik kelas bawah, kini dangdut melebarkan sayap dinikmati siapa saja.
Tidak hanya di dalam negeri, bahkan bule-bule di mancanegara pun bergoyang.
Tengok saja di Youtube, bagaimana mereka terkesima, tersenyum, sampai tak sadar kepala bergoyang menikmati dangdut.
Baca Juga: Alan Walker Main Musik Koplo, Remix "Who I Am" dengan Sentuhan Dangdut
Salah satu contohnya bisa cek di akun Youtube Koplo Time. Tak hanya lagu berlirik Indonesia yang di buat dangdut koplo.
Deretan lagu hits mancanegara pun di aransemen secara dangdut koplo. Sebut saja lagu Lily (Alan Walker), Canon Rock, Zombie (Cranberries), dan masih banyak lagi.
Bagi para bule ini, apa yang mereka dengar seperti musik dari planet lain, ada pemberontakan kultur di situ.
Ya... di situ ada pemberontakan terhadap kultur musik yang jamak. Lho.... kok disebut ada pemberontakan? Iya betul ada pemberontakan di sana.
Tidak hanya musik rock dan metal yang disebut musik pemberontakan.
Presiden Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau akrab disebut Gusdur menyebut ini musik pemberontakan.
Ia melihat hal ini bentuk ekspresi perlawanan masyarakat kelas bawah terhadap kondisi sosial dan ekonomi yang mereka hadapi.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.