Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Hong Kong memanas lagi. Ratusan orang pro-demokrasi kembali menggelar demonstrasi di Hong Kong.
Polisi menembakkan gas air mata dan semprotan merica ketika ratusan orang pro-demokrasi menggelar demonstrasi di Hong Kong.
Para demonstran itu berkumpul sebagai bentuk perlawanan atas undang-undang keamanan kontroversial, yang diusulkan China pekan lalu.
Baca Juga: Kekuatan Media Sosial di Balik Demo Massa Hong Kong dan Indonesia
Sejumlah tokoh pro-demokrasi khawatir proposal itu akan menggerus kemerdekaan. Oleh karena itu, mereka menyerukan kepada massa untuk berkumpul, dan ditanggapi ratusan di antaranya.
Mereka berkumpul di Distrik Causeway Bay dan Wan Chai yang tergolong ramai. Para demonstran itu meneriakkan slogan menentang pemerintah. Aparat kepolisian pun terus berusaha membubarkan mereka.
"Orang-orang bakal dikriminalisasi hanya karena kata yang mereka ucapkan atau unggah menentang pemerintah," ujar salah satu demonstran, Vincent.
Vincent menyatakan, publik sudah frustrasi karena pembahasan itu terjadi begitu cepat. Mereka pun tak yakin jika Beijing bakal sekadar berpangku tangan.
Polisi huru-hara diterjunkan, setelah penegak hukum memperingatkan bahwa pertemuan dalam skala besar tidak akan mendapat izin.
Dilansir AFP Minggu (24/5/2020), kota itu masih berada dalam aturan pencegahan virus corona, jadi pertemuan di atas delapan orang dilarang.
Aksi protes Minggu itu menyusul pola sama pada unjuk rasa tahun lalu, di mana polisi menembakkan gas air mata dan semprotan merica.
Biasanya, pengunjuk rasa akan berusaha memukul balik polisi yang menyemprot mereka, antara lain dengan melempar benda seperti payung.
Pergerakan pro-demokrasi Hong Kong mengalami kegagalan, selain karena penangkapan masif dari penegak hukum, tengah terjadi wabah virus corona.
Lebih dari 8.300 orang ditahan sejak 2019, dengan 200 di antaranya ditangkap dalam aksi protes bertepatan bersama Hari Ibu awal Mei ini.
Warga salah satu pusat finansial dunia itu menikmati hak, seperti kebebasan berpendapat, yang tidak dilihat di China daratan.
Kebebasan itu merupakan bagian dari perjanjian ketika Hong Kong diserahkan kepada Negeri Panda dari Inggris pada 1997, di mana mereka punya status perdagangan dan sistem legal tersendiri.
Baca Juga: Hong Kong Tetapkan Status Darurat Virus Corona, Bagaimana Nasib WNI di Sana?
Kekhawatirn semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir, di mana Beijing akan menyapu kebebasan itu dan semakin mengontrol mereka.
Salah satu yang disorot adalah aturan mengizinkan pihak keamanan China beroperasi di Hong Kong, dan menindak siapa pun yang kontra.
"Saya sangat takut. Tapi saya harus tetap keluar. Selain dengan jalan perdamaian, saya tak melihat bagaimana lagi kami bisa menyampaikan pesan," jelas pengunjuk rasa, Christy Chan.
Bantuan Taiwan untuk Demonstran
Taiwan menyatakan akan memberi rakyat Hong Kong "bantuan yang diperlukan" dalam demonstrasi menentang UU Keamanan Nasional.
Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, pada Minggu (24/5/2020).
Dilansir dari Reuters Senin (25/5/2020), Taiwan telah menjadi tempat perlindungan bagi sejumlah kecil demonstran pro-demokrasi yang melarikan diri dari Hong Kong sejak tahun lalu.
Baca Juga: Hong Kong Siap Denda Rp 52 Juta Jika Warga Abaikan Jaga Jarak
Pada Minggu (24/5/2020) polisi Hong Kong menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ribuan orang yang memprotes pemberlakuan UU Keamanan Nasional oleh Beijing.
Tsai di Facebook-nya pada Minggu malam mengatakan, RUU tersebut merupakan ancaman serius bagi kebebasan dan independensi peradilan Hong Kong. Peluru dan penindasan bukan cara menangani aspirasi rakyat Hong Kong untuk kebebasan demokrasi.
"Dalam menghadapi perubahan situasi, masyarakat internasional telah secara proaktif mengulurkan bantuan kepada rakyat Hong Kong," tulis Tsai.
"Secara proaktif menyempurnakan dan memajukan bantuan yang relevan, dan memberi orang-orang Hong Kong bantuan yang diperlukan," tambah wanita 63 tahun itu.
Taiwan tidak memiliki undang-undang tentang pengungsi dari demonstran Hong Kong yang mencari suaka di pulau itu.
Justru, hukumnya menjanjikan untuk membantu warga Hong Kong, yang keselamatan dan kebebasannya terancam karena alasan politik.
Demonstrasi Hong Kong mendapat simpati luas di Taiwan, dan dukungan Tsai untuk para demonstran kian memperburuk hubungan Taipei dengan Beijing.
China menuduh para pendukung kemerdekaan Taiwan bersekongkol dengan para pengunjuk rasa UU Keamanan Nasional Hong Kong.
Negeri "Tirai Bambu" juga meyakini Tsai sebagai "separatis" yang bertekad memerdekakan pulau tersebut.
Tsai sendiri telah menyatakan Taiwan sebagai negara merdeka dengan nama resmi Republik China.
Baca Juga: Pedemo Hong kong Bakar Pintu Masuk Stasiun Bawah Tanah
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: Demonstrasi Hong Kong, Taiwan Siap Ulurkan Bantuan untuk Demonstran
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.