YERUSALEM, KOMPAS.TV — Israel memerintahkan pasukan daratnya untuk maju lebih dalam ke wilayah Gaza. Mereka pun bersumpah untuk menguasai lebih banyak wilayah tersebut, hingga Hamas membebaskan semua sandera yang tersisa.
Masuknya pasukan Israel berbarengan dengan terjadinya ledakan di sebelah timur Kota Gaza. Ledakan ini menewaskan sepasang suami istri dan dua anak mereka, ditambah dua anak lainnya yang tidak memiliki hubungan keluarga tetapi berada di gedung yang sama. Tentara Israel belum berkomentar tentang ledakan tersebut.
Setelah merebut kembali sebagian koridor yang memisahkan Gaza utara dari selatan, pasukan Israel bergerak menuju kota utara Beit Lahiya dan kota perbatasan selatan Rafah. Militer mengatakan telah melanjutkan pemberlakuan blokade di Kota Gaza.
Baca Juga: Israel Serang Gaza Lagi, 710 Warga Tewas, 900 Lainnya Terluka!
Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengatakan pada hari Jumat (21/3/2025) bahwa Israel akan melakukan operasi di Gaza dengan intensitas yang tinggi hingga para sandera dibebaskan oleh Hamas.
"Semakin Hamas terus menolak untuk membebaskan mereka yang diculik, semakin banyak wilayah mereka yang hilang dan beralih kepada Israel," kata Katz.
Hampir 600 warga Palestina telah tewas sejak hari Selasa, ketika Israel melanggar gencatan senjata.
Di kota selatan Rafah, para pejabat mengatakan pemboman Israel telah memaksa penduduk mengungsi ke tempat terbuka, dan semakin memperdalam penderitaan mereka. Para pejabat mengatakan mereka menghentikan pembangunan kamp penampungan untuk melindungi para karyawan.
Israel telah menghentikan pasokan makanan, bahan bakar, dan bantuan kemanusiaan untuk sekitar 2 juta warga Palestina di Gaza. Dikatakan bahwa operasi militer akan meningkat hingga Hamas membebaskan 59 sandera yang ditahannya dan menyerahkan kendali atas wilayah tersebut.
Gencatan senjata yang disetujui pada pertengahan Januari adalah rencana tiga tahap yang dimaksudkan untuk mengarah pada terhentinya perang, penarikan penuh Israel dari Gaza, dan pengembalian semua sandera yang ditawan oleh Hamas.
Pada tahap pertama gencatan senjata, Hamas memulangkan 25 sandera yang masih hidup dan jenazah delapan orang yang telah tewas sebagai imbalan atas pembebasan hampir 1.800 tahanan Palestina. Pasukan Israel juga mundur ke zona penyangga di dalam Gaza, dan ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi, telah kembali ke kampung halaman mereka di Gaza utara.
Baca Juga: Hamas Serang Balik Israel untuk Pertama Kalinya usai Gencatan Senjata, Luncurkan 3 Rudal ke Tel Aviv
Pembicaraan tentang gencatan senjata tahap kedua seharusnya berlangsung sebelum gencatan senjata tahap pertama berakhir. Namun Netanyahu menolak untuk memasuki negosiasi yang membahas substansi.
Sebaliknya, ia mencoba memaksa Hamas untuk menerima rencana gencatan senjata baru yang diajukan oleh utusan Amerika Serikat (AS) untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.
Rencana itu mengharuskan Hamas membebaskan setengah dari sandera yang tersisa sebagai imbalan atas perpanjangan gencatan senjata dan janji untuk merundingkan gencatan senjata yang langgeng. Di sisi sebaliknya, Israel tidak menyebutkan pembebasan lebih banyak tahanan Palestina.
Hamas mengatakan pihaknya hanya akan membebaskan sandera yang tersisa dengan imbalan gencatan senjata yang langgeng dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, sebagaimana yang diminta dalam perjanjian gencatan senjata awal yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.