BRUSSELS, KOMPAS.TV - Para pemimpin Uni Eropa pada Kamis (6/3/2025) berkomitmen untuk bekerja sama memperkuat pertahanan benua itu dan mengeluarkan dana sebesar ratusan miliar euro untuk keamanan.
Kesepakatan ini didapat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berulang kali memperingatkan bahwa ia akan membiarkan Eropa terombang-ambing untuk menghadapi ancaman Rusia sendirian.
Dengan keyakinan yang semakin kuat bahwa mereka sekarang harus berjuang sendiri, negara-negara Eropa yang telah goyah dalam pengeluaran pertahanan selama beberapa dekade, mengadakan pembicaraan darurat di Brussels.
Pembicaraan itu bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara baru untuk meningkatkan keamanan Eropa dan memastikan perlindungan masa depan bagi Ukraina.
"Hari ini sejarah sedang ditulis," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada wartawan setelah pertemuan puncak berakhir.
Ia mengatakan 27 pemimpin Uni Eropa bertekad untuk memastikan keamanan Eropa dan bertindak dengan skala, kecepatan, dan tekad yang dituntut oleh situasi ini.
“Kami bertekad untuk berinvestasi lebih banyak, berinvestasi lebih baik, dan berinvestasi lebih cepat bersama-sama,” ujarnya, seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: Eropa Mulai Jauhi Trump usai Bertengkar dengan Zelenskyy, UE: Dunia Bebas Butuh Pemimpin Baru
Janji tersebut menggarisbawahi perubahan besar dalam geopolitik yang didorong oleh Trump, yang telah merusak kerja sama selama 80 tahun berdasarkan pemahaman bahwa AS akan membantu melindungi negara-negara Eropa setelah Perang Dunia II.
Para pemimpin Eropa menandatangani langkah untuk melonggarkan pembatasan anggaran sehingga negara-negara Uni Eropa yang bersedia, dapat meningkatkan pengeluaran militer mereka.
Mereka juga mendesak Komisi Eropa untuk mencari cara baru untuk memfasilitasi pengeluaran pertahanan yang signifikan di semua negara anggota Uni Eropa.
Perdana Menteri Hongaria Viktor Orbán, yang merupakan pendukung setia Trump dan dianggap sebagai sekutu terdekat Presiden Rusia Vladimir Putin di Eropa, menolak untuk mendukung sebagian pernyataan para pemimpin Eropa yang mendukung Ukraina.
Namun, 26 pemimpin Uni Eropa lainnya menyetujui sikap blok tersebut bahwa tidak akan ada negosiasi mengenai Ukraina, yang tidak dihadiri Ukraina.
Mereka juga sepakat bahwa Eropa harus terlibat dalam setiap pembicaraan yang melibatkan keamanan mereka. Eropa sejauh ini dikesampingkan dalam negosiasi yang diiakukan AS dengan Rusia mengenai Ukraina.
Baca Juga: AS Tolak Menyalahkan Rusia atas Invasi ke Ukraina, Perpecahan dengan Sekutu Eropa Makin Nyata
Dalam perkembangan lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pembicaraan antara Ukraina dan AS untuk mengakhiri perang akan berlangsung di Arab Saudi minggu depan.
Dalam pidatonya setiap malam, Zelenskyy mengatakan ia akan melakukan kunjungan ke Arab Saudi pada Senin (10/3/2025) untuk bertemu dengan putra mahkota negara itu. Timnya akan tetap tinggal di Arab Saudi untuk melanjutkan pembicaraan dengan pejabat AS.
Dalam beberapa minggu terakhir, Trump telah membatalkan kepastian lama tentang AS yang selalu diandalkan sebagai mitra keamanan Eropa, setelah ia merangkul Rusia.
Selain itu, Trump menarik dukungan AS untuk Ukraina, dan menjungkirbalikkan tradisi kerja sama dengan Eropa yang telah menjadi landasan keamanan Barat selama beberapa generasi.
Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, yang negaranya memegang jabatan presiden bergilir Uni Eropa, mengatakan tiga tahun perang di Ukraina dan perubahan sikap Washington menimbulkan tantangan yang sama sekali baru bagi Eropa.
“Eropa harus menerima tantangan ini dan harus menang," ujar Tusk.
"Kita akan mempersenjatai diri lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih efisien daripada Rusia," katanya, seperti dikutip dari The Associated Press.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.