TEHERAN, KOMPAS.TV — Seorang mantan jurnalis Voice of America layanan bahasa Iran bunuh diri dengan melompat dari sebuah gedung di ibu kota Iran sebagai bentuk protes terhadap pemimpin tertinggi negara itu, Kamis (14/11/2024).
Seorang pejabat di kantor kepresidenan Iran mengakui kematian Kianoosh Sanjari, 42 tahun, karena menuntut pembebasan empat tahanan yang ditahan di negara itu dan mengancam akan bunuh diri jika mereka tidak dibebaskan.
Ali Raniei, penasihat sosial Presiden reformis Iran Masoud Pezeshkian, mengatakan bahwa kematian Sanjari seharusnya menjadi tinjauan pemerintah. Ia menyebut peningkatan jumlah bunuh diri di negara itu oleh kaum muda adalah hal yang mengkhawatirkan.
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri di Kafé Somalia, Sedikitnya 7 Orang Tewas
Sanjari bekerja untuk VOA dari tahun 2008 hingga 2013. Ia juga dikenal sebagai aktivis politik pembangkang di Iran. Ia menghabiskan dua tahun di penjara atas tuduhan keamanan di negara itu setelah kembali ke Iran dari tinggal di luar negeri pada tahun 2016.
Seperti dikutip dari The Associated Press, Michael Abramowitz, direktur VOA, menyampaikan belasungkawa melalui surel pada hari Kamis.
"Meskipun mengalami penindasan yang tak terbayangkan, warga Iran yang pemberani terus mempertaruhkan nyawa mereka untuk membuat suara mereka didengar," tulis Abramowitz.
"Saya sangat menghormati mereka yang menggunakan suara mereka untuk menyampaikan kebenaran kepada rakyat Iran. Itu termasuk banyak dari Anda, dan tentu saja Kianoosh,” tambahnya.
Baca Juga: Guru Honorer Tersangka Narkoba Tewas usai Ditahan: Diduga Bunuh Diri, Ditemukan Jejak Jerat di Leher
Reza Valizadeh, mantan jurnalis VOA bahasa Iran lainnya, diyakini telah ditahan oleh Iran selama berbulan-bulan atas kasus yang berbeda.
Iran telah menghadapi kerusuhan selama bertahun-tahun di tengah meningkatnya ketegangan dengan Barat. Protes skala besar terbaru terjadi setelah kematian Mahsa Amini pada tahun 2022.
Perekonomian dan pekerjaan juga kian sulit dicari di Iran. Selain itu, mata uang rial negara itu terus merosot terhadap dolar AS selama bertahun-tahun, yang semakin membebani kehidupan warga Iran.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.