Sejak Israel meningkatkan serangannya ke Lebanon pada akhir bulan lalu, warga Lebanon mulai menerima peringatan rutin tentang serangan udara yang akan dilancarkan.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan peringatan Israel tidak memadai dan terkadang menyesatkan.
Pada 23 September, Israel melakukan 80.000 panggilan ke Lebanon, menurut Imad Kreidieh, kepala perusahaan telekomunikasi negara tersebut – yang mungkin berisi peringatan tentang serangan udara yang akan datang.
Panggilan tersebut menyebabkan kepanikan dan sekolah-sekolah ditutup. Orang-orang bergegas pulang lebih awal dari tempat kerja.
Hari itu menjadi hari serangan udara paling mematikan di Lebanon dalam beberapa dekade, dengan lebih dari 500 orang tewas. Seperempat dari semua korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.
Israel telah mengeluarkan peringatan di media sosial hampir setiap hari sejak saat itu.
Pada 1 Oktober, 27 desa di Lebanon selatan diperintahkan untuk mengungsi ke utara Sungai Awali, puluhan kilometer jauhnya.
"Selamatkan nyawa Anda," kata instruksi tersebut.
Baca Juga: Jadi Target Serangan Israel yang Bunuh 22 Orang di Lebanon, Petinggi Hizbullah Menyelamatkan Diri
Saat itulah Salam, seorang ibu dua anak dan berusia 42 tahun, melarikan diri dari desa Ain Ebel. Dia dan keluarganya sekarang tinggal bersama kerabat mereka di Beirut. Salam menolak menyebutkan nama lengkapnya karena takut akan pembalasan Israel.
Sejauh ini, Ain Ebel – sebuah desa yang sebagian besar penduduknya beragama Kristen, belum dibombardir. Sedangkan desa-desa di sekitarnya yang penduduknya sebagian besar muslim Syiah, telah dibombardir.
Anak-anak remaja Salam takut untuk pulang, terutama sejak Israel melancarkan invasi darat. Salam masih bingung dan marah karena desanya sudah dievakuasi.
Sejauh ini, pengusiran paksa warga oleh Israel di Lebanon jauh lebih terbatas daripada di Gaza, tetapi pesan-pesan di kedua tempat tersebut memiliki tema yang sama.
Di Gaza, Israel berdalih menargetkan milisi Hamas yang mereka klaim berada di antara warga sipil.
Di Lebanon, Israel menggunakan dalih yang sama dengan mengatakan anggota Hizbullah, sekutu Hamas, berada di antara warga sipil.
Sumber : The Associated Press, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.