Pada Juli 1993, Israel menyerang Lebanon. Serangan itu disebut sebagai Perang Tujuh Hari oleh warga Lebanon.
Serangan itu dilancarkan setelah Hizbullah merespons serangan Israel ke sebuah kamp pengungsi dan desa di Lebanon.
Konflik menewaskan 118 warga sipil Lebanon dan melukai 500 lainnya, dan menghancurkan ribuan bangunan.
Pada 11 April 1996, Israel melancarkan serangan 17 hari untuk mendesak mundur Hizbullah dari Sungai Litani.
Di Lebanon, serangan Israel itu disebut sebagai Agresi April. Sedangkan oleh Israel disebut sebagai Operasi Grapes of Wrath, diambil dari judul novel tahun 1939 karya penulis Amerika Serikat, John Steinbeck.
Pada 18 April 1996, Israel menyerang kompleks PBB di dekat Desa Qana di wilayah selatan Lebanon yang diduduki Israel.
Serangan Israel itu menewaskan 106 warga sipil, termasuk sedikitnya 37 anak-anak.
Dalam sebuah operasi ke wilayah Israel, Hizbullah membunuh tiga tentara Israel. Mereka juga menangkap dua tentara Israel lainnya.
Hizbullah menuntut dua tentara itu ditukar dengan sejumlah warga Lebanon yang ditawan Israel.
Jenazah kedua tentara Israel itu akhirnya dikembalikan dua tahun kemudian dan ditukar dengan lima tawanan Lebanon.
Pada bulan yang sama, meletus Perang Juli yang berlangsung selama 34 hari.
Perang itu menewaskan sekitar 1.200 warga Lebanon dan melukai 4.400 orang, kebanyakan warga sipil. Di pihak Israel, 158 orang, kebanyakan tentara, dilaporkan tewas.
Baca Juga: Tel Aviv Bakal Gencarkan Serangan ke Lebanon, Berikut Lini Masa Ketegangan Israel vs Hizbullah
Pada 2009, Hizbullah memperbarui manifestonya dan menyatakan komitmen untuk mengintegrasikan diri pada bentuk pemerintahan demokratis yang mewakili persatuan nasional, bukan kepentingan sektarian.
Meski demikian, Hizbullah mempertahankan sikap anti-Israel dan dukungannya untuk Iran.
Dalam perang sipil Suriah, Hizbullah mendukung rezim Damaskus. Posisi tersebut dikritik banyak mantan pendukungnya dan dikecam salah satu pendirinya, ulama senior Subhi al-Tufayli.
Para pendukung Hizbullah mengeklaim langkah itu berperan dalam mencegah masuknya kelompok-kelompok bersenjata, terutama ISIS atau ISIL, ke Lebanon.
Selain itu, memberikan kesempatan bagi Hizbullah untuk mendapatkan pengalaman berperang yang lebih luas.
Baca Juga: 70 WNI Menolak Dievakuasi dari Lebanon Meski Serangan Israel Makin Gencar, Ini Alasannya
Pada 30 Juli 2024, Israel melancarkan serangan udara ke Beirut yang menewaskan salah satu komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr.
Gelombang ledakan alat elektronik termasuk ribuan penyeranta atau pager, mengguncang Lebanon dan menewaskan puluhan orang termasuk anak-anak, pada 17 dan 18 September 2024.
Hizbullah menuding Israel berada di balik gelombang ledakan alat-alat elektronik tersebut. Sementara Israel tidak membantah maupun membenarkan tudingan tersebut secara terbuka.
Namun, menurut beberapa pejabat Amerika Serikat dan sumber lain yang dikutip The New York Times, Israel menanamkan bahan peledak dalam penyeranta-penyeranta yang meledak hampir bersamaan di Lebanon itu.
Menurut sumber-sumber yang namanya tidak diungkap itu, pager-pager yang diimpor Lebanon tersebut telah dimodifikasi sebelum masuk ke negara tetangga Israel itu.
Baca Juga: PM Lebanon Desak Dewan Keamanan PBB Bertindak, Sebut Israel Sebarkan Teror di Depan Mata Dunia
Pada Jumat, 20 September 2024, Israel melancarkan sebuah serangan udara ke bagian selatan Kota Beirut, Lebanon. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang.
Komandan senior Hizbullah, Ibrahim Aqil, termasuk korban tewas dalam serangan yang meratakan sebuah bangunan itu.
Pada Sabtu, 21 September 2024, militer Israel mengumumkan pihaknya telah melancarkan ratusan serangan udara ke wilayah selatan Lebanon.
Israel juga mengeklaim menyerang 110 lokasi lainnya pada Minggu dini hari, 22 September 2024.
Pada Sabtu malam, 21 September 2024, dilansir Al Jazeera, Hizbullah meluncurkan lusinan roket ke Pangkalan Udara Ramat David di sebelah timur Haifa untuk membalas serangan-serangan Israel ke wilayah Lebanon.
Israel mengeklaim lebih dari 100 proyektil ditembakkan dari Lebanon.
Sumber : Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.