TOKYO, KOMPAS.TV – Sebuah kapal perang Jepang untuk pertama kalinya melintasi Selat Taiwan yang memisahkan Taiwan dan China, sebuah langkah yang memicu protes dari Beijing.
Kapal perusak JS Sazanami berlayar ke arah selatan melalui selat tersebut pada Rabu (25/9/2024), didampingi kapal-kapal dari Australia dan Selandia Baru.
Kapal ini sedang menuju latihan militer di Laut China Selatan, menurut laporan media Jepang yang mengutip pernyataan para pejabat pemerintah.
Langkah ini menjadi signifikan mengingat Jepang sebelumnya menghindari pelayaran di selat tersebut untuk menghindari ketegangan dengan China, yang mengklaim kedaulatan atas Taiwan dan Selat Taiwan.
Pemerintah Jepang belum memberikan komentar resmi, dengan alasan operasi militer bersifat rahasia.
Namun, China pada Kamis (26/9/2024) mengonfirmasi bahwa militernya telah merespons “aktivitas kapal Pasukan Bela Diri Maritim Jepang di Selat Taiwan.”
"China sangat waspada terhadap niat politik Jepang dan telah mengajukan protes keras kepada Tokyo," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dikutip dari BBC.
Surat kabar milik pemerintah China, Global Times, melaporkan bahwa militer China telah melakukan pelacakan dan pemantauan terhadap kapal-kapal tersebut sepanjang perjalanan mereka dan menyatakan bahwa situasinya terkendali.
Baca Juga: Finlandia Kembalikan Dua Panda ke China gegara Biaya Perawatan Mahal
Ada peningkatan patroli oleh Amerika Serikat dan sekutunya di Selat Taiwan untuk menegaskan kebebasan navigasi di perairan sepanjang 180 kilometer ini.
Baik AS maupun Taiwan menegaskan bahwa Selat Taiwan adalah jalur perdagangan internasional yang terbuka bagi semua kapal.
Sekitar separuh dari armada kontainer dunia melintasi selat ini, menjadikannya sangat strategis. Namun, Beijing mengeklaim kedaulatan penuh atas wilayah tersebut.
Selama beberapa dekade, Armada Pasifik AS menjadi satu-satunya angkatan laut asing yang secara rutin melintasi Selat Taiwan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, Kanada, Australia, Inggris, dan Prancis juga ikut serta.
Dua minggu lalu, Jerman mengirim dua kapal angkatan lautnya melalui selat tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Militer China menuduh Jerman meningkatkan risiko keamanan dengan pelayaran pada 13 September lalu, tetapi Berlin menegaskan tindakannya sesuai dengan standar internasional. Ini menjadi pertama kalinya dalam 22 tahun kapal Jerman melintasi Selat Taiwan.
Langkah-langkah ini bersifat politis dan dirancang untuk menunjukkan kepada China bahwa AS dan sekutunya tidak menerima klaim Beijing atas wilayah tersebut.
Bagi Jepang, ini merupakan langkah besar yang semakin menjauh dari kebijakan lama yang cenderung menghindari konfrontasi langsung dengan China.
Baca Juga: Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua China: Sinyal Kekuatan Nuklir untuk AS di Pasifik
Pada Kamis, Sekretaris Kabinet Jepang tidak mengonfirmasi detail operasi tersebut, namun menyatakan bahwa Jepang merasakan "krisis yang serius" setelah berulang kali terjadi pelanggaran wilayah udara oleh militer China dalam waktu singkat.
Sementara Taiwan belum memberikan komentar resmi terkait pelayaran tersebut, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan adanya peningkatan aktivitas pesawat militer China di sekitar pulau itu pada hari Rabu.
Profesor hubungan internasional dari Universitas La Trobe di Australia, Bec Strating, menyebut pelayaran Jepang ini merupakan bagian dari "pola yang lebih luas dari peningkatan kehadiran angkatan laut negara-negara di Asia maupun luar Asia yang khawatir akan klaim maritim China."
"Jepang secara khusus menghadapi taktik 'zona abu-abu' China di Laut China Timur," kata dia.
Para analis menyebut taktik "zona abu-abu" ini bertujuan untuk melemahkan musuh dalam jangka waktu yang panjang.
Pekan lalu, China mengirim kapal induk di antara dua pulau Jepang di dekat Taiwan untuk pertama kalinya.
Pada Agustus, sebuah pesawat mata-mata China memasuki wilayah udara Jepang, mendorong Tokyo untuk mengutuk insiden tersebut sebagai "sama sekali tidak dapat diterima" dan "pelanggaran serius terhadap kedaulatan."
Para pemimpin negara-negara Quad - Jepang, Australia, India, dan AS - pekan lalu sepakat untuk memperluas kerja sama keamanan maritim guna menghadapi meningkatnya agresivitas China di Laut China Selatan.
Baca Juga: Manila Tegaskan Rudal AS Tetap di Berada di Filipina Utara meski China Kesal
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.