KIEV, KOMPAS TV — Uni Eropa berjanji meminjamkan Ukraina hingga 35 miliar euro (sekitar Rp 590 triliun) sebagai bagian dari paket pinjaman yang disiapkan oleh negara-negara G7, untuk membantu negara ini membangun kembali ekonominya dan jaringan listrik yang hancur akibat perang.
Para pemimpin G7 sepakat pada bulan Juni untuk merancang pinjaman sebesar $50 miliar (sekitar Rp 830 triliun) untuk mendukung Ukraina dalam perjuangannya.
Bunga aset bank sentral Rusia yang dibekukan akan digunakan sebagai jaminan, tetapi proses distribusi pinjaman ini berjalan lambat.
"Kita harus membuat Rusia membayar untuk kerusakan yang ditimbulkannya," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada konferensi pers di Kiev bersama Presiden Volodymyr Zelenskyy, Jumat (20/9/2024).
Von der Leyen menyebutkan bahwa UE telah memberikan lebih dari 118 miliar euro (setara dengan Rp 2.000 triliun) dalam bentuk bantuan militer dan ekonomi kepada Ukraina sejak perang dimulai pada Februari 2022, tetapi serangan Rusia yang terus-menerus membuat dukungan lebih lanjut menjadi perlu.
"Dana ini akan langsung mengalir ke anggaran nasional Anda. Ini akan meningkatkan stabilitas makro-keuangan Ukraina dan memberi Anda ruang fiskal yang sangat dibutuhkan. Anda akan memutuskan bagaimana menggunakan dana ini dengan cara yang paling baik," ujarnya.
Pinjaman ini akan didukung oleh keuntungan dari hampir $300 miliar (sekitar Rp 4.980 triliun) aset Rusia yang dibekukan selama invasi skala penuh ke Ukraina. Sebagian besar uang itu disimpan di negara-negara Uni Eropa, khususnya Belgia.
Baca Juga: Zelenskyy Percaya Diri, Klaim Rencana Ukraina Menang Perang atas Rusia Sudah 90 Persen Beres
Von der Leyen menyatakan keyakinan bahwa Uni Eropa dapat segera memberikan pinjaman ini kepada Ukraina.
Blok 27 negara ini berharap negara-negara G7 lainnya akan mengikuti jejak mereka dan mulai memberikan pinjaman juga.
Zelenskyy mengungkapkan bahwa prioritasnya adalah membangun kembali jaringan energi Ukraina, mendirikan lebih banyak tempat perlindungan, memperbaiki sekolah, dan membeli lebih banyak senjata serta amunisi.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.