JENEWA, KOMPAS.TV - Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut perekonomian Palestina jatuh setelah agresi yang dilakukan oleh militer Israel sejak 7 Oktober 2023.
Laporan terbaru dari Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) juga memperingatkan adanya "penurunan ekonomi yang cepat dan mengkhawatirkan" di Tepi Barat dan Gaza.
Hal ini akibat perluasan permukiman Israel, penyitaan lahan, serta kekerasan yang melibatkan pemukim Israel.
Laporan itu tidak menyebut adanya korupsi dalam institusi Palestina, namun menyoroti tindakan Israel yang dinilai memperburuk kondisi ekonomi di wilayah Palestina.
“Ekonomi Palestina saat ini berada dalam kejatuhan bebas,” kata Wakil Sekretaris Jenderal UNCTAD, Pedro Manuel Moreno, di Jenewa, dikutip dari The Associated Press.
“Laporan ini mendesak komunitas internasional untuk segera menghentikan penurunan ekonomi ini, menangani krisis kemanusiaan yang terjadi, dan menyiapkan landasan bagi perdamaian serta pembangunan jangka panjang," imbuhnya.
UNCTAD menyerukan adanya "rencana pemulihan komprehensif" untuk wilayah Palestina, yang mencakup peningkatan bantuan internasional, pencabutan blokade Israel atas Gaza, serta pengembalian dana dan pendapatan yang ditahan Israel dari Palestina.
Mutasim Elagraa, koordinator bantuan UNCTAD untuk Palestina menekankan bahwa untuk mengembalikan Gaza ke kondisi sebelum Oktober 2023, dibutuhkan puluhan miliar dolar AS serta waktu puluhan tahun.
"Tujuan akhirnya adalah menempatkan Gaza di jalur pembangunan berkelanjutan, tetapi itu akan memakan banyak waktu dan biaya yang besar," ujarnya.
Baca Juga: Nakba Palestina, Bencana Besar yang Tak Kunjung Usai
Dalam laporannya, UNCTAD mencatat, output ekonomi Gaza anjlok mencapai 221 juta dolar AS pada semester akhir 2023 hingga kuartal pertama 2024.
Angka ini hanya sekitar 16 persen dari total output yang tercatat pada periode yang sama tahun 2022-2023, yaitu 1,34 miliar dolar AS.
Sementara itu, di Tepi Barat, yang dihuni sekitar 3 juta warga Palestina, lebih dari 300.000 pekerjaan hilang.
Sehingga tingkat pengangguran melonjak hingga 32 persen, dibandingkan 13 persen sebelum konflik.
Hingga awal 2024, sebanyak 96 persen aset pertanian di Gaza, termasuk peternakan, perkebunan, mesin, dan fasilitas penyimpanan, telah rusak parah.
Lebih dari 80 persen bisnis juga mengalami kerusakan atau hancur akibat serangan militer Israel.
Kondisi ini semakin memperburuk situasi ekonomi dan sosial di wilayah tersebut.
Serangan militer Israel terhadap Gaza telah menewaskan setidaknya 41.084 warga Palestina dan melukai 95.029 orang lainnya, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina.
Kampanye militer Israel diluncurkan setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan mengakibatkan penculikan 250 orang.
Pihak Israel menyatakan, tujuan dari operasi militer ini adalah untuk menghancurkan Hamas, yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Israel.
Baca Juga: Presiden Iran: Israel Bantai Anak-Anak Palestina dengan Senjata AS dan Eropa
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.