Doktrin saat ini hanya memperbolehkan penggunaan nuklir jika Rusia diserang dengan senjata nuklir, atau jika ada serangan konvensional yang mengancam keberadaan negara.
Namun, menurut Karaganov, pendekatan ini terlalu lemah dan dapat membahayakan Rusia.
"Jika kita tidak mengubah persepsi ini dan memulihkan kekuatan deterensi kita, Rusia akan terancam kehancuran,” tegasnya.
Ia memperingatkan, setelah 2,5 tahun perang di Ukraina, Rusia berisiko terkuras di medan perang dan tertekan secara ekonomi, yang bisa mengarah pada “kemerosotan atau bahkan kehancuran.”
Karaganov pernah menyerukan Rusia untuk mempertimbangkan serangan nuklir pre-emptive, atau serangan lebih dulu, untuk "menyadarkan" lawan-lawannya.
Selama perang Ukraina, Putin beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang dianggap sebagai ancaman nuklir oleh Barat, meskipun ia juga menegaskan Rusia bisa menang tanpa senjata nuklir.
Beberapa analis Barat menilai, Karaganov sengaja dibiarkan Kremlin untuk menyuarakan pandangan yang memicu ketakutan di Barat, sehingga Putin terlihat lebih moderat dan tenang dalam menghadapi situasi ini.
Saat ditanya oleh jurnalis Kommersant Elena Chernenko mengenai risiko penggunaan nuklir terbatas yang bisa memicu perang nuklir global, Karaganov menjawab dengan keyakinan, “Anggapan bahwa setiap penggunaan nuklir terbatas pasti akan memicu kiamat nuklir tidak masuk akal. Semua negara berkekuatan nuklir memiliki rencana penggunaan senjata nuklir yang terukur dalam skenario tertentu.”
Karaganov menambahkan, “Saya tidak memprovokasi jalan yang berbahaya, tetapi ini tentang menyelamatkan dunia dan Rusia. Jika kita tidak menang, kita akan runtuh. Perang ini sangat menguntungkan Barat, mereka bisa berperang tanpa henti. Namun, saya sangat berharap situasi ini bisa dihentikan sebelum kita harus mengambil pilihan terburuk.”
Sumber : Konmersant
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.