YERUSALEM, KOMPAS.TV - Perundingan membahas gencatan senjata Israel - Hamas buntu. Tim negosiasi Israel kembali dari Kairo tanpa mencapai kesepakatan terkait Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir.
Koridor Philadelphi adalah zona penyangga demiliterisasi sepanjang 14 kilometer antara Mesir dan Gaza, Palestina, yang menjadi perdebatan dalam negosiasi antara Israel, Mesir, dan Palestina.
Menurut laporan media Israel, Yedioth Ahronoth, pembicaraan mengenai Koridor Philadelphi masih menemui jalan buntu.
"Kami berada di jam-jam yang sangat kritis," kata seorang sumber Israel yang terlibat dalam pembicaraan tersebut. "Masalah Koridor Philadelphi masih terbuka karena belum ada kesepakatan yang tercapai."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dikabarkan tidak bersedia berkompromi dalam masalah ini.
"Israel menuntut untuk mempertahankan pasukan di sana, sementara Mesir dan Palestina bersikeras pada penarikan penuh Israel," tambah sumber tersebut.
Baca Juga: Mesir Desak Israel Hengkang dari Koridor Philadelphi dan Perbatasan Rafah
Seorang sumber dari Mesir juga menegaskan posisi negaranya bahwa Israel harus menarik seluruh pasukannya dari Koridor Philadelphi dan perbatasan Rafah.
Saluran berita milik pemerintah Mesir, Al-Qahera, menyebutkan bahwa laporan media Israel yang mengeklaim Mesir menyetujui kehadiran militer Israel di Koridor Philadelphi tidaklah benar.
Pada Senin pagi, Netanyahu memberi tahu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bahwa ia akan mengirim tim negosiasi Israel kembali ke Mesir minggu ini untuk melanjutkan pembicaraan terkait gencatan senjata di Gaza dan pertukaran tahanan.
Namun, pada Minggu, Netanyahu menegaskan bahwa tentara Israel akan tetap berada di Koridor Philadelphi, meskipun pemimpin oposisi Yair Lapid menuduhnya merusak pembicaraan pertukaran tahanan dengan Hamas.
Sementara itu, pembicaraan gencatan senjata di Gaza yang diadakan di Qatar pada Jumat lalu dilaporkan mengajukan proposal yang mempersempit kesenjangan antara Israel dan Hamas, yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan oleh Presiden AS Joe Biden, pada 31 Mei lalu.
Baca Juga: Israel Setuju Rencana Akhiri Kebuntuan Gencatan Senjata, Blinken Desak Hamas untuk Sepakat
Namun, Hamas menuduh Netanyahu menambahkan syarat-syarat baru dalam proposal tersebut.
"Proposal baru ini memenuhi syarat-syarat Netanyahu dan sejalan dengan mereka, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dan tekadnya untuk terus menguasai Persimpangan Netzarim, perbatasan Rafah, dan Koridor Philadelphi," kata Hamas dalam pernyataannya.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas yang mencakup pertukaran tahanan, gencatan senjata, dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhambat oleh penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar perang dihentikan.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan ke Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.130 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.740 orang, menurut otoritas kesehatan setempat. Lebih dari 10 bulan berlalu, Gaza hancur lebur di bawah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel kini menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum kota tersebut diserbu pada 6 Mei lalu.
Sumber : Yedioth Ahronoth / Al Qaheera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.