Waker-uz-Zaman berjanji akan bekerja sama dengan presiden untuk membentuk pemerintahan interim jelang diadakannya pemilu.
Akan tetapi, demonstran menolak pemerintahan militer di Bangladesh. Demonstran meminta peraih Nobel Perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus, untuk memimpin pemerintahan sementara.
Yunus saat ini masih berada di Paris, Prancis, dan belum bisa dimintai keterangan. Sebelumnya, Yunus menyebut pengunduran diri Hasina sebagai "hari kemerdekaan kedua."
Dia dikenal sebagai oposisi Hasina dan pernah dipidana karena kasus korupsi. Dia menuduh pemerintahan Hasina menjeratnya dengan kasus korupsi sebagai balas dendam.
Yunus dianugerahi Nobel Perdamaian pada 2006 silam atas jasanya menjadi pionir kredit mikro. Komite Nobel saat itu menilai Yunus turut berjasa untuk perdamaian dunia dengan membantu penduduk keluar dari kemiskinan.
Sejak Sheikh Hasina mengundurkan diri, tidak ada kekerasan yang dilaporkan terjadi di Dhaka. Ibu kota Bangladesh itu sebelumnya membara karena kerusuhan yang menargetkan kediaman pejabat dan gedung pemerintah.
"Hari ini kami mendapat apa yang pantas kami dapatkan. Semua orang senang, semua orang merayakannya," kata seorang mahasiswa, Juairia Karim, dikutip Associated Press.
Kerusuhan di Bangladesh menewaskan seorang WNI berinisial DU. Dia dilaporkan meninggal karena kebakaran di hotel tempatnya menginap di Jashore.
Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu) Indonesia telah menghubungi keluarga almarhum di Tanah Air untuk menyampaikan belasungkawa.
"Kemlu telah menghubungi keluarga almarhum di Indonesia untuk menyampaikan ucapan belasungkawa dan akan memfasilitasi repatriasi jenazah, bekerja sama dengan perusahaan tempat almarhum bekerja," kata Kemlu dalam sebuah pernyataan, Selasa (6/8).
Baca Juga: PM Bangladesh Sheikh Hasina Kabur ke India dan Mundur, Kerusuhan Tewaskan Hampir 300 Jiwa
Sumber : Kompas TV, Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.