JAKARTA, KOMPAS TV - Indonesia berharap East Asia Summit EAS atau KTT Asia Timur bisa menjadi wadah yang efektif untuk memperkuat rasa saling percaya dan kerja sama di tengah berbagai konflik global yang sedang berlangsung.
“Mari kita fokuskan energi kita pada hal-hal yang benar-benar penting bagi dunia saat ini,” ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Pertemuan ke-14 Tingkat Menlu EAS di Vientiane, Laos, Sabtu (27/7/2024), seperti yang disampaikan dalam keterangan tertulis.
Retno menjelaskan, kawasan Indo-Pasifik saat ini dan di masa depan adalah pusat pertumbuhan global. Namun, berbagai konflik yang terjadi telah memperburuk krisis global dan menghalangi negara-negara untuk menyelesaikan tantangan bersama.
“Di mana-mana, kita melihat adanya tren kekuatan besar yang mendominasi negara yang lebih kecil, atau kecenderungan hegemonik yang seharusnya sudah ditinggalkan. Kita menyaksikan peningkatan rivalitas, saling ketidakpercayaan, dan kemungkinan miskalkulasi,” kata Retno.
Menanggapi situasi tersebut, ia menekankan pentingnya semua negara untuk konsisten dalam menghormati hukum internasional. Ia juga mengajak negara-negara anggota EAS untuk bersatu dalam upaya menghentikan perang di Gaza dan Ukraina, serta mendorong terciptanya perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan dan kawasan Indo-Pasifik.
Retno menegaskan perlunya upaya global untuk mencegah dan mengakhiri konflik serta memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan.
Baca Juga: Rusia Puji Kepemimpinan Indonesia di KTT Asia Timur, Barat Gagal Bajak untuk Kepentingan Sepihak
Terkait masa depan EAS atau KTT Asia Timur, Retno mengajak negara-negara anggota untuk memperkuat kerja sama, termasuk dengan meningkatkan peran para duta besar EAS (EAS Group of Ambassadors).
“Penguatan peran duta besar EAS sangat penting untuk menciptakan rasa saling percaya. Mereka tidak hanya bisa membahas hal-hal teknis dan praktis, tetapi juga isu-isu yang lebih mendalam,” ujar Retno Marsudi.
Dalam pertemuan tersebut, beberapa negara mitra seperti Amerika Serikat dan India kembali menyatakan dukungannya terhadap Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP).
Pertemuan ini menghasilkan Chairman’s Statement yang menegaskan komitmen negara-negara anggota EAS untuk memperkuat EAS sebagai forum yang dipimpin oleh para pemimpin untuk berdialog dan bekerja sama dalam isu-isu strategis, politik, dan ekonomi yang menjadi perhatian bersama, dengan tujuan mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di Asia Timur.
Para menteri luar negeri juga sepakat untuk mendorong EAS Leaders' Statement on Enhancing Connectivity and Resilience, yang diharapkan dapat diadopsi pada pertemuan para pemimpin EAS di KTT bulan Oktober mendatang.
EAS adalah forum regional terbuka yang berdiri sejak 2005. Pada awalnya, forum ini melibatkan 16 negara: 10 negara ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Amerika Serikat dan Federasi Rusia bergabung pada KTT ke-6 di Bali pada November 2011, sehingga jumlah negara peserta saat ini menjadi 18.
EAS merupakan forum yang dipimpin oleh para pemimpin, dengan ASEAN sebagai penggerak utama, bekerja sama dengan negara-negara anggota lainnya.
Sumber : Antara / Kemlu RI
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.