Profesor Kobi Michael, seorang peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional Israel dan Institut Misgav, menekankan bahwa keterkaitan antara Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon harus diatasi.
"Meskipun kita mencapai kesepakatan dengan Hamas dan mendapatkan sandera, kemungkinan besar kesepakatan ini akan dilanggar pada tahap pertama atau kedua, dan kita akan menemukan diri kita dalam konflik baru," ujar Michael.
Lebih lanjut, Michael menambahkan bahwa Israel harus mempersiapkan diri untuk kemungkinan konflik lain dengan Hizbullah di wilayah utara.
"Gagasan bahwa mereka masih mampu mengancam Israel dan bahwa Israel memiliki zona penyangga di wilayahnya tidak dapat ditoleransi lagi. Untuk mengubah persamaan, kita harus mengubah realitas di lapangan di Lebanon Selatan," tegasnya.
Proposal gencatan senjata ini melibatkan berbagai aktor internasional seperti CIA, Qatar, Mesir, dan Turki.
Menurut laporan sebelumnya dari Al Akhbar, situs berita lain yang berafiliasi dengan Hizbullah, proposal baru ini berbeda dari versi sebelumnya.
Namun, detail perbedaannya tidak diungkapkan, meskipun ditekankan bahwa bahasa yang digunakan dalam proposal ini sangat tegas terkait gencatan senjata.
Rencana ini bertujuan untuk menciptakan ketenangan yang berkelanjutan selama negosiasi tahap demi tahap berlangsung.
Isi proposal mencakup penarikan pasukan Israel dari area penyeberangan Rafah dengan kerja sama dari Mesir, tergantung pada kesepakatan pengelolaan perbatasan, serta penarikan sebagian pasukan dari Koridor Philadelphia.
Baca Juga: Hizbullah Ditekan Negara Arab dan AS untuk Hentikan Serangan ke Israel demi Hindari Perang Besar
Sumber : The Jerusalem Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.