Kompas TV internasional kompas dunia

Putin Minta Produksi Rudal Nuklir Jarak Menengah Dilanjutkan Usai AS Buat Lagi Peluru Kendali

Kompas.tv - 29 Juni 2024, 10:16 WIB
putin-minta-produksi-rudal-nuklir-jarak-menengah-dilanjutkan-usai-as-buat-lagi-peluru-kendali
Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat, 28/6/2024, meminta jajarannya melanjutkan produksi rudal jarak nuklir menengah yang sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian yang sekarang telah dibatalkan dengan Amerika Serikat. (Sumber: Russia Defence / Medium)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat, 28/6/2024, meminta jajarannya melanjutkan produksi rudal jarak nuklir menengah yang sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian yang sekarang telah dibatalkan dengan Amerika Serikat.

Isu mengenai Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces INF atau rudal nuklir jarak menengah, menjadi topik utama dalam pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Dewan Keamanan Rusia, seperti laporan TASS, Sabtu, 29/6/2024.

"Hari ini, kita akan membahas langkah selanjutnya Rusia mengenai moratorium sepihak terkait penempatan rudal berbasis darat jarak menengah dan pendek," kata Putin. 

Rudal 9M729 Novator yang punya daya jangkau 5.500km sehingga bisa mencapai seluruh Eropa, Kanada, hingga New Delhi dari Rusia.

Putin mengingatkan beberapa tahun yang lalu, Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian tersebut dengan dalih yang menurut Rusia dibuat-buat lalu mengumumkan rencana AS untuk memproduksi sistem rudal semacam itu.

Sejak penarikan dari perjanjian, Angkatan Darat AS melanjutkan pengembangan kemampuan rudal darat konvensional jarak menengah yang disebut Typhon, yang sebelumnya dilarang di bawah INF. Typhon punya dua jenis rudal Angkatan Laut, yaitu Tomahawk Land Attack Missile dan Standard Missile-6.

Angkatan Darat AS dilaporkan menguji sistem rudal nuklir jarak menengah ini selama latihan di Filipina musim semi ini.

Akhir dari INF merupakan tonggak dalam memburuknya hubungan antara AS dan Rusia.

Pada tahun 2019, Rusia berjanji mereka tidak akan memproduksi dan menempatkan sistem semacam itu selama Amerika Serikat menolak menempatkannya di bagian manapun di dunia.

"Sekarang, diketahui bahwa Amerika Serikat tidak hanya memproduksi sistem rudal ini, tetapi telah menggunakannya selama latihan di Eropa, di Denmark. Belum lama ini, diumumkan bahwa mereka berada di Filipina. Tidak ada informasi apakah rudal-rudal tersebut telah dihapus dari sana atau tidak," kata Putin seperti laporan TASS, hari Sabtu, 29/6/2024.

Baca Juga: Putin Kembali Tegaskan Rusia Berhak Kerahkan Segala Cara Termasuk Nuklir bila Kedaulatan Terancam

Rudal 9M729 Novator yang punya daya jangkau 5.500km sehingga bisa mencapai seluruh Eropa, Kanada, hingga New Delhi dari Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin hari Jumat, 28/6/2024, meminta jajarannya melanjutkan produksi rudal jarak nuklir menengah yang sebelumnya dilarang berdasarkan perjanjian yang sekarang telah dibatalkan dengan Amerika Serikat. (Sumber: Sputnik / Medium)

Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Lavrov dan Andrey Belousov, menyampaikan laporan mengenai topik ini. Sebelumnya, Amerika Serikat mengumumkan rencana untuk menempatkan rudal jarak menengah di Asia untuk menandingi China.

Pada 2 Agustus 2019, Amerika Serikat secara resmi menarik diri dari Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces INF, yang ditandatangani oleh Uni Soviet dan Amerika Serikat pada 8 Desember 1987.

AS membenarkan langkah ini dengan menuduh Rusia menolak mematuhi tuntutan Amerika Serikat yang mengharuskan rudal jelajah baru 9M729 dihilangkan karena melanggar Perjanjian INF.

Moskow dengan tegas membantah tuduhan ini, mengatakan bahwa parameter teknis dari rudal 9M729 Novator masih dalam batas yang diizinkan oleh perjanjian dan menyampaikan klaim balasan kepada Washington.

Perjanjian pengendalian senjata terakhir yang tersisa antara Washington dan Moskow adalah Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru, yang membatasi setiap negara tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir yang digelar serta 700 rudal serta pembom.

Perjanjian ini akan berakhir tahun 2026, dan kurangnya dialog untuk mengatur perjanjian pengganti membuat para pendukung pengendalian senjata khawatir.

Pernyataan Putin datang di tengah ketegangan yang meningkat antara Rusia dan Barat terkait konflik di Ukraina dan kekhawatiran tentang kemungkinan serangan nuklir.

Pada bulan Juni, Putin berbicara kepada para eksekutif dari organisasi berita internasional tentang penggunaan senjata nuklir oleh Moskow. "Kami memiliki doktrin nuklir, lihat apa yang dikatakannya," kata Putin.

"Jika tindakan seseorang mengancam kedaulatan dan integritas wilayah kami, kami menganggap mungkin untuk menggunakan semua cara yang kami miliki. Ini tidak boleh dianggap enteng, secara dangkal."



Sumber : TASS / Associated Press



BERITA LAINNYA



Close Ads x