Kompas TV internasional kompas dunia

Putin dan Xi Jinping di Beijing Tegaskan Kemitraan Tanpa Batas, AS Ketar-Ketir?

Kompas.tv - 16 Mei 2024, 19:58 WIB
putin-dan-xi-jinping-di-beijing-tegaskan-kemitraan-tanpa-batas-as-ketar-ketir
Pemimpin China Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin berfoto sebelum pembicaraan mereka di Beijing, Tiongkok, pada Kamis, 16 Mei 2024. Putin dan Xi Jinping menegaskan kemitraan tanpa batas yang semakin kuat di tengah ketegangan yang mendalam dengan Barat dalam pertemuan puncak di Beijing, Kamis, 16 Mei 2024. (Sumber: Sergei Guneyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Iman Firdaus

Sejak itu, Rusia semakin bergantung secara ekonomi pada China karena sanksi Barat memutus aksesnya ke sebagian besar sistem perdagangan internasional. Peningkatan perdagangan China dengan Rusia, yang mencapai $240 miliar tahun lalu, telah membantu negara ini mengatasi beberapa dampak terburuk dari sanksi tersebut.

Moskow telah mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke China dan mengandalkan perusahaan China untuk mengimpor komponen teknologi tinggi bagi industri militer Rusia untuk menghindari sanksi Barat.

"Saya dan Presiden Putin sepakat, kita harus aktif mencari titik temu kepentingan kedua negara, mengembangkan keunggulan masing-masing, dan memperdalam integrasi kepentingan, mewujudkan pencapaian masing-masing," kata Xi.

Dalam pertemuan mereka, Xi mengucapkan selamat kepada Putin atas pemilihannya untuk masa jabatan kelima dan merayakan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik yang terjalin antara bekas Uni Soviet dan Republik Rakyat China, yang didirikan setelah perang saudara pada 1949.

Baca Juga: Putin Kembali Tegaskan Rusia Siap Negosiasi Damai dengan Ukraina

Xi Jinping, kanan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat upacara penyambutan resmi di Beijing, China, pada Kamis, 16 Mei 2024. Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping menegaskan kemitraan tanpa batas yang semakin kuat di tengah ketegangan yang mendalam dengan Barat dalam pertemuan puncak di Beijing, Kamis, 16 Mei 2024. (Sumber: Sergei Bobylev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Putin Siap Dialog Soal Ukraina  

Menjelang kunjungan tersebut, Putin mengatakan dalam wawancara dengan media China bahwa Kremlin siap bernegosiasi mengenai konflik di Ukraina. "Kami terbuka untuk dialog tentang Ukraina, tetapi negosiasi semacam itu harus mempertimbangkan kepentingan semua negara yang terlibat dalam konflik, termasuk kami," kata Putin seperti dikutip oleh Kantor Berita Resmi Xinhua.

Putin mengatakan proposal China yang dibuat pada 2023, yang ditolak oleh Ukraina dan Barat, bisa "menjadi dasar untuk proses politik dan diplomatik yang mempertimbangkan kekhawatiran keamanan Rusia dan berkontribusi pada pencapaian perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan."

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan negosiasi harus mencakup pemulihan integritas wilayah Ukraina, penarikan pasukan Rusia, pembebasan semua tahanan, pengadilan bagi mereka yang bertanggung jawab atas agresi, dan jaminan keamanan untuk Ukraina.

Putin menyalahkan Barat atas kegagalan negosiasi di minggu-minggu awal perang dan memuji rencana perdamaian China.


 

Hubungan militer Rusia-China juga semakin kuat selama perang di Ukraina. Mereka telah mengadakan serangkaian latihan perang bersama dalam beberapa tahun terakhir, termasuk latihan angkatan laut dan patroli oleh pembom jarak jauh di Laut Jepang dan Laut China Timur. Pasukan darat Rusia dan China juga telah dikerahkan ke wilayah negara lain untuk latihan bersama.

China tetap menjadi pasar utama untuk militer Rusia, sementara juga memperluas industri pertahanan domestiknya secara besar-besaran, termasuk membangun kapal induk dan kapal selam nuklir.

Putin sebelumnya mengatakan bahwa Rusia telah berbagi teknologi militer yang sangat sensitif dengan China yang membantu secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanannya.

Pada Oktober 2019, dia menyebut bahwa Rusia membantu China mengembangkan sistem peringatan dini untuk mendeteksi peluncuran rudal balistik — sistem yang melibatkan radar darat dan satelit yang hanya dimiliki Rusia dan AS.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x