JENEWA, KOMPAS.TV - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, lebih dari 50 persen penduduk dunia berisiko tinggi terkena wabah campak hingga akhir tahun 2024.
WHO mengungkapkan, kasus penyakit yang sangat menular ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di sebagian besar wilayah dunia.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya vaksinasi campak untuk mencegah penyakit itu muncul, selama masa pandemi Covid-19.
Saat ini, cakupan vaksinasi global untuk campak hanya mencapai 83 persen, masih kurang dari 95 persen, angka yang dibutuhkan untuk memberantas penyakit ini.
Menurut WHO, pada 2024, sekitar 142 juta anak rentan terinfeksi campak, sebagian besar berada di negara-negara berpenghasilan rendah atau menengah.
“Yang kami khawatirkan adalah tahun ini terdapat kesenjangan yang besar dalam program imunisasi dan jika kita tidak segera mengisi kesenjangan tersebut dengan vaksin, penyakit campak akan melompati kesenjangan tersebut,” kata Natasha Crowcroft, penasihat teknis senior pada program imunisasi campak dan rubella di WHO, dalam konferensi pers di Jenewa, Rabu (21/2/2024), dikutip dari The Telegraph.
Berdasarkan data WHO, kasus terkonfirmasi campak melonjak menjadi 300.000 pada 2023, meningkat 79 persen dari 2022.
Jumlah itu hanya sebagian kecil dari sembilan juta infeksi yang diperkirakan terjadi setiap tahunnya.
Wabah campak baru-baru ini dilaporkan di Amerika, Australia, Afrika, Asia Tengah, dan Eropa, dengan jumlah infeksi 44 kali lebih tinggi dalam dua bulan pertama tahun 2024, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.
Di Indonesia, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, belum ada laporan terkait lonjakan kasus campak.
Sumber : The Telegraph
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.