TOKYO, KOMPAS.TV - Awalnya ada kafe yang memperbolehkan hewan peliharaan masuk. Kemudian datanglah kafe kucing, di mana cappuccino harus bersaing dengan interaksi bersama kucing. Kehebohan terbaru di Jepang: Kafe Babi.
"Sangat indah. Sangat santai dan menyenangkan," kata Brad Loomis, seorang insinyur perangkat lunak dari Pullman, Washington, Amerika Serikat, setelah mengunjungi Mipig Cafe di Tokyo bersama putrinya yang berusia 21 tahun, Paige, seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (30/1/2024).
Loomis dan Paige termasuk puluhan pengunjung pada suatu pagi baru-baru ini, ber-selfie dengan senyum lebar. Babi-babi cebol berlenggang mondar-mandir di dalam ruangan kafe, mencari pangkuan yang nyaman untuk bersantai.
Babi-babi ini cukup tenang, meskipun sesekali ngorok. Mereka tidak suka sendirian, sehingga menjadi teman yang baik dan ceria. Berbeda dengan stereotipe yang ada tentang babi, mereka sangat bersih dan tidak berbau.
Pelanggan harus membayar 2.200 yen atau sekitar Rp236.000 untuk 30 menit pertama bersama babi-babi ini. Pengunjung harus melakukan reservasi sebelum datang untuk sekadar ngopi dan bercengkerama bersama babi kecil berukuran mikro.
"Setiap babi unik. Masing-masing punya tabiat dan kepribadian sendiri. Anda mungkin melihat satu yang keras kepala dan yang lainnya bertabiat lembut," kata Shiho Kitagawa, seorang eksekutif di Mipig yang menyebut babi-babi ini dengan "buta-san," sebutan hormat.
Mipig Cafe yang terletak di kawasan modis Harajuku, adalah satu dari sepuluh cabang kafe babi yang ada di seluruh Jepang.
Yang pertama dibuka di Tokyo pada tahun 2019. Dua lagi akan dibuka tahun ini..
Hewan-hewan ini, dikenal sebagai "babi mikro," tidak lebih besar dari anjing corgi, bahkan saat dewasa. Kafe juga menampilkan bayi-bayi babi yang ukurannya sebesar anjing poodle.
Baca Juga: Bikin Heboh! Kafe Ini Ngaku Jual Latte Berbahan Dasar ASI seharga Rp123 Ribu
Para pecinta babi mengatakan mamalia itu adalah hewan peliharaan yang hebat. Babi-babi mikro di Mipig Cafe dapat dibeli dengan harga 200.000 yen atau sekitar Rp21,4 juta. Mereka sudah terlatih untuk buang air dan terbiasa bersama manusia.
Mipig yang juga menyediakan pakan untuk babi mikro, mengeklaim telah menjual 1.300 ekor.
Mesin penjual minuman berada di pojok kafe, tetapi hampir tidak ada pengunjung yang memesan minuman karena terlalu sibuk bermain bersama babi-babi kecil berukuran mikro.
Para turis asing yang berkunjung mengatakan mereka mengetahui kafe tersebut dari Instagram dan media sosial lainnya. Kafe ini tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memasang iklan.
Mereka pun memastikan untuk mampir ke kafe tersebut, di samping tempat-tempat wisata biasa seperti ibu kota kuno Kyoto, kata mereka.
Ben Russell dari Australia semringah ketika seekor babi akhirnya naik ke pangkuannya. Katanya, meskipun ini pertemuan pertamanya dengan babi sungguhan, babi selalu menjadi hewan favoritnya, entah mengapa.
Sophie Mo'unga dari Selandia Baru, yang berkunjung bersama suami dan dua anaknya, tampaknya menjadi favorit babi-babi di Mipig Cafe. Beberapa dari mereka berebut untuk berada di pangkuannya.
"Lucu. Saya pikir mereka semua saling menjaga agar tetap hangat," katanya.
Kafe babi ini adalah yang terbaru dari serangkaian kedai kopi hewan yang muncul di Jepang, termasuk yang menampilkan burung hantu, landak, burung, dan bahkan ular.
Beberapa orang mengajukan pertanyaan etis apakah hewan-hewan itu juga menikmati interaksi tersebut seperti manusia menikmatinya.
"Mungkin stres untuk disentuh dan dipeluk oleh sekelompok orang asing," kata Sachiko Azuma, kepala organisasi PEACE yang berbasis di Tokyo, yang merupakan singkatan dari Put an End to Animal Cruelty and Exploitation atau Akhiri Kekejaman dan Eksploitasi Satwa.
Baca Juga: The Barking Lot, Kafe Khusus Anjing di Arab Saudi Kian Rame dan Buka Cabang di Riyadh
"Satwa-satwa ini menjadi alat untuk bisnis yang menghasilkan uang," katanya.
PEACE terutama menentang eksperimen hewan dan "kebun binatang keliling." Kafe dianggap cenderung berukuran kecil dan tidak menyediakan lingkungan alami yang cukup untuk kucing atau babi kecil. Azuma mengatakan ia dan PEACE juga tidak setuju dengan penangkapan satwa liar.
Namun dia setuju kafe yang dijalankan oleh tempat perlindungan hewan, dan yang mencoba mencari pemilik untuk hewan peliharaan yang ditinggalkan.
Dr. Bruce Kornreich, profesor ilmu klinis di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Cornell di Ithaca, New York, Amerika Serikat, mengatakan interaksi dengan hewan dapat menurunkan tekanan darah seseorang, mengurangi sakit kepala, dan risiko penyakit kardiovaskular.
Aktivitas itu juga meningkatkan rasa kesejahteraan dan membantu orang mengatasi stres, katanya.
“Bagaimana cara mereka (hewan-hewan) melakukan ini, saya tidak yakin kita tahu jawabannya,” kata Kornreich, yang juga bagian dari Cornell Feline Health Center, yang mengadvokasi studi dan kesejahteraan kucing.
"Ada bukti yang semakin banyak bahwa bersama dan memiliki hewan peliharaan dapat memberikan manfaat kesehatan mental dan fisik bagi manusia," katanya dalam wawancara Zoom.
Bahkan pada anjing, tidak diketahui secara pasti apakah yang membantu kesehatan pemilik binatang peliharaan adalah berjalan-jalan bersamanya atau hanya berada di dekat hewan yang ramah.
Apa pun itu, baik dengan anjing maupun babi, orang-orang menjadi tenang dan bahagia.
"Sangat lucu," kata Paige Loomis tentang babi-babi tersebut.
"Mereka membuatku mengantuk."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.