Kompas TV internasional kompas dunia

Hamas Tuntut Pembebasan 3 Pemimpin Palestina dalam Kesepakatan Pertukaran Tawanan dengan Israel

Kompas.tv - 22 Desember 2023, 04:40 WIB
hamas-tuntut-pembebasan-3-pemimpin-palestina-dalam-kesepakatan-pertukaran-tawanan-dengan-israel
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berada di Mesir sejak Rabu (20/12/2023), untuk merundingkan kesepakatan terbaru pertukaran tawanan dengan Israel. Hamas menuntut pembebasan tiga pemimpin Palestina yang saat ini ditahan Israel dalam setiap kesepakatan pertukaran tawanan, menurut laporan media Israel, Kamis (21/12/2023). (Sumber: AP Photo/Adel Hana)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh berada di Mesir sejak Rabu (20/12/2023), untuk merundingkan kesepakatan terbaru pertukaran tawanan dengan Israel. Hamas menuntut pembebasan tiga pemimpin Palestina yang saat ini ditahan Israel dalam setiap kesepakatan pertukaran tawanan, menurut laporan media Israel, Kamis (21/12/2023). (Sumber: AP Photo/Adel Hana)

YERUSALEM, KOMPAS.TV - Hamas menuntut pembebasan tiga pemimpin Palestina yang saat ini ditahan Israel dalam setiap kesepakatan pertukaran tawanan, menurut laporan media Israel, Kamis (21/12/2023).

Hamas bersikeras agar Marwan Barghouti, Ahmed Saadat, dan Abdullah Barghouti masuk dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan dalam kesepakatan baru, seperti dilaporkan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth.

Barghouti, 64 tahun, anggota Komite Pusat Fatah, paling diunggulkan untuk memimpin Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah setelah Presiden Mahmoud Abbas, menurut jajak pendapat Palestina.

Ia ditangkap oleh Israel pada 2002 dan dijatuhi hukuman lima kali seumur hidup.

"Barghouti dapat mengubah wajah Otoritas Palestina," kata surat kabar tersebut.

Saadat, Sekretaris Jenderal Front Pembebasan Palestina (PFLP), ditangkap pada 2008 dan dihukum penjara 30 tahun dalam kaitan dengan pembunuhan Menteri Pariwisata Israel Rehavam Ze'evi tahun 2001.

Adapun Abdullah Barghouti adalah pemimpin Hamas terkemuka dan dijatuhi hukuman seumur hidup dalam beberapa serangan terhadap warga Israel.

Baca Juga: MER-C Sebut Militer Israel Duduki RS Indonesia di Gaza, Digunakan sebagai Markas dan Benteng

Pemimpin senior Fatah, Marwan Barghouti, hadir dalam sebuah sidang di Yerusalem, pada 26 Januari 2012. (Sumber: AP Photo/Bernat Armangue, File)

Israel menolak untuk menyertakan ketiga pemimpin Palestina tersebut dalam kesepakatan pertukaran tawanan sebelumnya dengan Hamas pada 2011, yang melibatkan pembebasan tentara Israel, Gilad Shalit. Shalit ditukar dengan lebih dari 1.000 tahanan Palestina.

Belum ada komentar langsung dari pemerintah Israel terkait laporan tersebut.

Sementara pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, tiba di Kairo pada Rabu (20/12/2023), dalam upaya Mesir untuk memediasi kesepakatan baru pertukaran tawanan antara kelompok Palestina itu dan Israel.

Selama jeda kemanusiaan seminggu di Gaza bulan lalu, Hamas membebaskan 81 warga Israel dan 24 warga asing sebagai imbalan atas pembebasan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

Saat ini masih ada sekitar 130 warga Israel ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober.

Baca Juga: PM Israel Netanyahu Bertekad Lanjutkan Perang: Hamas Punya Dua Pilihan, Menyerah atau Mati

Peta Palestina yang menunjukkan Jalur Gaza dan Tepi Barat yang berada di bawah pendudukan Israel sejak 1967. (Sumber: AP Graphics/Kompas TV)

"Sekitar 20.000 orang yang meninggal tercatat masuk ke rumah sakit, termasuk 8.000 anak dan 6.200 perempuan," kata kantor media Palestina, seperti dilaporkan Anadolu Agency, Kamis.

Korban tewas tersebut termasuk 310 tenaga medis, 35 anggota pertahanan sipil, dan 97 wartawan.

Serangan Israel juga menghancurkan dan merusak sekitar 308.000 unit perumahan di seluruh Jalur Gaza, kata kantor media Palestina.

"Paling tidak 114 masjid hancur dan 200 rusak parah, sementara empat gereja menjadi sasaran."

"Okupasi Israel juga menghancurkan 126 bangunan pemerintah dan 283 lainnya rusak parah, sementara 90 sekolah dan universitas terpaksa tidak berfungsi," tambahnya.

Hampir 2 juta orang mengungsi di dalam enklave yang padat penduduk yang mengalami krisis makanan dan air bersih akibat blokade Israel selama lebih dari 16 tahun.

Sementara Israel mengeklaim, hampir 1.200 warganya tewas saat Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober lalu.


 



Sumber : Anadolu Agency



BERITA LAINNYA



Close Ads x