Perwakilan Amerika Serikat di PBB, Robert Wood, menyatakan mereka tidak akan mendukung gencatan senjata segera, "Meskipun Amerika Serikat sangat mendukung perdamaian yang tahan lama, di mana Israel maupun Palestina hidup berdampingan dalam keamanan dan perdamaian, kami tidak mendukung seruan untuk gencatan senjata segera," kata Wood kepada Dewan Keamanan PBB.
"Ini hanya akan menanamkan benih untuk perang berikutnya karena Hamas tidak punya keinginan untuk perdamaian yang tahan lama," ujarnya kepada Dewan Keamanan PBB.
Baca Juga: Hamas Kecam Aksi Tentara Israel Telanjangi Warga Sipil Palestina: Itu Tindakan Teroris!
Amerika Serikat adalah salah satu anggota tetap yang memiliki hak untuk memberlakukan veto terhadap resolusi dan pemungutan suara ditunda dari jadwal yang seharusnya hari ini.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), António Guterres, hari Rabu, (6/12/2023) secara resmi mengaktifkan Pasal 99 Piagam PBB, meminta Dewan Keamanan membahas eskalasi krisis di Jalur Gaza yang semakin memburuk dan mendesak Dewan Keamanan PBB mendeklarasikan gencatan senjata kemanusian.
Dalam pernyataannya, Guterres menyerukan tanggung jawab komunitas internasional untuk menggunakan semua pengaruhnya guna mencegah eskalasi lebih lanjut dan mengakhiri krisis Gaza.
"Saya mendesak anggota Dewan Keamanan untuk menekan guna mencegah bencana kemanusiaan. Gencatan senjata kemanusiaan harus segera dinyatakan. Ini merupakan kebutuhan mendesak. Populasi sipil harus terhindar dari bahaya yang lebih besar," kata Guterres.
Guterres menyampaikan keprihatinan serius tentang risiko keruntuhan sistem kemanusiaan. Situasinya dengan cepat menuju bencana dengan dampak yang mungkin tidak dapat dipulihkan bagi rakyat Palestina secara keseluruhan dan perdamaian serta keamanan di wilayah tersebut. "Hasil seperti itu harus dihindari dengan segala cara," ucapnya.
Lebih dari delapan minggu konflik di Gaza dan Israel telah menciptakan penderitaan manusia yang mengerikan, kehancuran fisik, dan trauma kolektif di seluruh Israel dan Wilayah Palestina yang Diduduki.
Lebih dari 1.200 orang tewas, termasuk 33 anak-anak, dan ribuan lainnya terluka dalam serangan Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya pada 7 Oktober 2023.
Baca Juga: Blinken Kritik Israel, Sebut Gagal Lindungi Warga Sipil di Gaza
Lebih dari 250 warga Israel disandera, termasuk 34 anak-anak, lebih dari 130 di antaranya masih ditawan. Mereka harus segera dan tanpa syarat dilepaskan, kata Guterres.
Sejak awal operasi militer Israel, lebih dari 15.000 orang dilaporkan tewas dibunuh serangan Israel, lebih dari 40 persen di antaranya anak-anak dan 30 persen adala perempuan. Ribuan lainnya terluka dan lebih dari setengah bangunan rumah hancur.
80 persen dari populasi 2,2 juta orang dipaksa mengungsi dengan 1,1 juta orang mencari perlindungan di fasilitas UNRWA di seluruh Gaza, menciptakan kondisi yang padat, tidak layak, dan tidak higienis. Lainnya tidak punya tempat berteduh dan terpaksa berada di jalanan. Sisa-sisa peledak dari perang membuat beberapa wilayah tidak dapat dihuni. Perlindungan sipil yang efektif tidak ada.
Sistem perawatan kesehatan di Gaza sedang runtuh. Rumah sakit telah berubah menjadi medan perang. Hanya 14 rumah sakit dari 36 fasilitas yang masih berfungsi sebagian.
Dua rumah sakit utama di selatan Gaza beroperasi tiga kali kapasitas tempat tidur mereka dan kehabisan persediaan dasar serta bahan bakar. Mereka juga memberikan perlindungan bagi ribuan pengungsi. Dalam keadaan seperti ini, lebih banyak orang akan meninggal tanpa pengobatan dalam beberapa hari dan minggu mendatang.
Sumber : United Nations / BBC / Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.