Jumlah korban tewas akibat serangan terus-menerus Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 11.320 orang, demikian disampaikan oleh kantor media pemerintah Palestina, Selasa (14/11)
"Dari jumlah tersebut, 4.650 anak-anak dan 3.145 perempuan menjadi korban, sementara 29.200 lainnya mengalami luka," demikian disampaikan dalam pernyataan kantor tersebut.
Menurut pernyataan tersebut, 3.600 orang lainnya belum dapat dipastikan keberadaannya, termasuk 1.755 anak-anak.
"Sebanyak 198 tenaga medis, 22 personel pemadam kebakaran, dan 51 jurnalis juga tewas dalam serangan tersebut," tambahnya.
"Agresi Israel telah membuat 25 rumah sakit dan 52 pusat kesehatan menjadi tidak berfungsi, sementara 55 ambulans menjadi target serangan pasukan Israel," demikian pernyataan tersebut.
Kantor media tersebut menyatakan bahwa 40 pasien meninggal di dalam Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza dalam lima hari terakhir akibat pengepungan serta penembakan Israel dan kekurangan bahan bakar.
Baca Juga: WHO Beri Penghormatan Kepada Staf RS Al Shifa Gaza, Heroik Bantu Warga Sipil Walau Digempur Israel
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan fasilitas penyimpanan bahan bakar mereka di Gaza kosong dan mereka akan segera mengakhiri operasi bantuan, termasuk membawa persediaan makanan dan obat terbatas dari Mesir untuk lebih dari 600.000 orang yang tinggal di sekolah dan fasilitas lain di selatan.
"Tanpa bahan bakar, operasi kemanusiaan di Gaza akan berakhir. Banyak orang akan menderita dan kemungkinan besar akan mati," kata Philippe Lazzarini, pemimpin UNRWA yang berada di bawah PBB, Selasa (14/11).
Pejabat pertahanan Israel, yang secara berulang kali menolak mengizinkan bahan bakar masuk ke Gaza dengan alasan Hamas akan mengalihkannya untuk penggunaan militer, mengubah kebijakan Rabu dini hari. Israel mengatakan akan mengizinkan sekitar 24.000 liter (6.340 galon) bahan bakar masuk ke Jalur Gaza untuk operasi kemanusiaan, kata pejabat.
Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah, lembaga pertahanan Israel yang bertanggung jawab atas urusan Palestina, mengatakan akan memperbolehkan truk PBB mengisi ulang BBM di perlintasan Rafah sisi perbatasan Mesir hari Rabu sore. Mereka mengatakan keputusan itu sebagai tanggapan atas permintaan dari AS.
Pertempuran berkecamuk selama beberapa hari di sekitar kompleks Rumah Sakit Shifa di pusat Kota Gaza yang kini "berubah menjadi kuburan," kata direktur rumah sakit dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Kesehatan mengatakan 40 pasien, termasuk tiga bayi, telah meninggal sejak generator darurat Shifa kehabisan bahan bakar hari Sabtu. Sebanyak 36 bayi berisiko meninggal karena tidak ada listrik untuk inkubator.
Militer Israel mengatakan mereka memulai upaya untuk mengirim inkubator ke Rumah Sakit Shifa, Namun inkubator tidak akan berguna tanpa listrik, kata juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Christian Lindmeier.
Baca Juga: Israel Berulang Kali Serang Rumah Sakit, HRW: Harus Diinvestigasi sebagai Kejahatan Perang
Kementerian Kesehatan Palestina mengusulkan evakuasi rumah sakit dengan pengawasan Komite Internasional Palang Merah dan mengirim pasien ke rumah sakit di Mesir, tetapi belum menerima tanggapan, kata juru bicara kementerian, Ashraf al-Qidra.
Sementara Israel mengatakan bersedia membiarkan staf dan pasien mengungsi, beberapa warga Palestina yang berhasil keluar mengatakan pasukan Israel menembaki para pengungsi yang mencoba menyelamatkan diri dari rumah sakit Al Shifa.
Israel mengatakan klaim mereka tentang pusat komando Hamas di dan di bawah Shifa didasarkan pada informasi intelijen, tetapi mereka tidak memberikan bukti visual untuk mendukungnya. Menolak klaim tersebut, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan telah mengundang organisasi internasional untuk menyelidiki fasilitas tersebut.
Di Rumah Sakit Al-Quds, Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan evakuasi baru terjadi setelah "lebih dari 10 hari pengepungan, selama mana pasokan medis dan kemanusiaan dicegah mencapai rumah sakit,".
Bulan Sabit Merah menyalahkan tentara Israel atas pemboman rumah sakit dan penembakan terhadap mereka di dalamnya.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan AS punya intelijen yang tidak jelas bahwa Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya menggunakan Rumah Sakit Al Shifa dan rumah sakit lain serta terowongan di bawahnya untuk mendukung operasi militer dan menyandera.
Intelijen ini didasarkan pada beberapa sumber, dan AS mengumpulkan informasi tersebut secara independen, kata pejabat AS secara anonim.
Kirby mengatakan AS tidak mendukung serangan udara terhadap rumah sakit dan tidak ingin melihat "pertempuran di rumah sakit di mana orang-orang tidak bersalah" berusaha mendapatkan perawatan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.