GAZA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan negara dalam keadaan perang dan memobilisasi seluruh personil militer termasuk tentara cadangan, Sabtu (7/10/2023). Pernyataan ini dilontarkannya usai serangan dadakan kelompok Hamas dari darat, laut dan udara yang menewaskan 40 orang dan melukai ratusan orang di Israel Selatan. Perang besar kembali di depan mata.
Pemimpin militan Hamas yang memerintah Jalur Gaza melancarkan serangan multi-front yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel, dengan menembakkan ribuan roket saat puluhan pejuang Hamas menyusup ke perbatasan yang sangat terfortifikasi di beberapa lokasi dan membuat negara itu terkejut pada hari raya besar. Israel mengatakan setidaknya 22 orang tewas.
Gedung Putih mengecam serangan tersebut, mengatakan mereka "secara tegas mengutuk" serangan oleh Hamas.
“Kami teguh mendukung Pemerintah dan rakyat Israel dan menyampaikan belasungkawa kami atas kehidupan warga Israel yang hilang dalam serangan ini," kata Adrienne Watson, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, seperti dilaporkan oleh Associated Press.
"AS dengan tegas mengutuk serangan terhadap warga sipil Israel yang tidak diprovokasi oleh para teroris Hamas. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan tindakan terorisme."
Watson mengatakan Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat (AS), telah berbicara dengan rekan Israelnya, Tzachi Hanegbi. AS dan Israel tetap berkomunikasi erat, kata Watson.
Arab Saudi meminta agar pertempuran di Israel dan Jalur Gaza segera dihentikan setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Baca Juga: Israel Balas Bombardir Jalur Gaza, Seorang Jurnalis Palestina Tewas dan RS Dipadati Korban
Pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Arab Saudi juga mengajak kedua belah pihak untuk melindungi warga sipil dan bersikap menahan diri.
"Kerajaan mengingatkan kembali peringatan-peringatan berulangnya akan bahaya meledaknya situasi sebagai akibat dari terus berlangsungnya pendudukan, hak-hak sah rakyat Palestina yang terabaikan, dan pengulangan provokasi sistem terhadap mereka oleh Israel," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Arab Saudi telah lama mendukung Palestina dan mengusung solusi dua negara berdasarkan batas tahun 1967 Israel, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina.
AS berupaya menjadi perantara kesepakatan agar Arab Saudi setuju untuk secara diplomatis mengakui Israel, yang mungkin mencakup peningkatan jaminan keamanan AS dan bantuan yang luas untuk program nuklir kerajaan tersebut.
Mikhail Bogdanov, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia dan mantan duta besar Rusia untuk Israel dan Mesir, seperti dikutip TASS mengatakan Moskow telah berbicara dengan "semua pihak (berkonflik), termasuk negara-negara Arab" dan mendesak "gencatan senjata segera dan perdamaian" antara Hamas dan Israel. Bogdanov tidak merinci negara-negara Arab mana yang sedang berbicara dengan diplomat Rusia.
"Kami menyerukan segera dimulainya proses perdamaian berdasarkan perjanjian yang ada yang diakui secara internasional," kata Bogdanov. Dia menambahkan bahwa sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB tentang konflik tersebut masih belum dilaksanakan tanpa merinci lebih lanjut.
Baca Juga: Hamas Ungkap Alasan Serangan Besar-besaran ke Israel: Ini Perang Melawan Penjajah
Pusat Kedokteran Soroka di kota Israel selatan Beersheba mengatakan mereka sedang merawat setidaknya 280 korban, dengan 60 dalam kondisi serius. Rumah Sakit Barzilai di Ashkelon, dekat Gaza, mengatakan bahwa mereka merawat 182 orang terluka, termasuk 12 dalam kondisi kritis.
Tidak ada komentar resmi tentang korban di Gaza, tetapi wartawan Associated Press menyaksikan pemakaman 15 orang yang tewas dan melihat delapan jenazah lainnya tiba di rumah sakit setempat. Belum jelas apakah mereka adalah pejuang atau warga sipil.
Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mengatakan dia "terkejut dan ngeri" oleh tembakan besar-besaran roket ke Israel dan kematian sedikitnya 22 orang di negara tersebut.
Volker Türk meminta agar kekerasan segera dihentikan, menyerukan kepada semua pihak dan "negara-negara kunci di wilayah itu" untuk meredakan dan menghindari pertumpahan darah lebih lanjut.
Türk mengatakan dalam pernyataan yang dirilis di Jenewa bahwa dia juga "sangat prihatin atas laporan bahwa warga sipil Israel telah disandera".
Türk mengatakan bahwa "serangan ini memiliki dampak mengerikan pada warga sipil Israel" dan bahwa warga sipil tidak boleh menjadi target serangan.
Dia menambahkan, "Saya juga mencatat bahwa pasukan Israel telah merespons dengan serangan udara ke Jalur Gaza yang padat penduduk, yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya lima orang. Saya mendesak mereka untuk mengambil semua tindakan pencegahan untuk menghindari korban sipil di sana."
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.