ANTAKYA, KOMPAS.TV - Setelah 2 pekan gempa hebat melanda Turki dan Suriah, jumlah korban yang tercatat sudah lebih dari 46.000 orang. Namun, tim SAR gabungan mulai mengurangi upaya pencarian korban.
Oleh karena itu, banyak warga di Turki kini hanya bisa mendoakan kerabat mereka yang belum ditemukan.
Operator buldoser Akin Bozkurt mengatakan, dia berusaha mencari jenazah untuk diserahkan kepada pihak keluarga. "Mereka ingin melakukan upacara pemakaman," kata dia seperti dikutip dari Antara, Minggu (19/2/2023).
Baca Juga: Dua WNI yang Hilang dalam Gempa Turki Ditemukan Meninggal Dunia
Dalam ajaran Islam, jenazah harus segera dimakamkan sesegera mungkin. Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Darurat dan Bencana Turki (AFAD) Yunus Sezer mengatakan, sebagian besar upaya penyelamatan akan diakhiri pada Minggu malam.
Angka kematian diperkirakan akan meningkat. Lantaran sekitar 345.000 apartemen di negara itu diketahui telah hancur dan masih banyak orang belum ditemukan.
Sedangkan pemerintah Turki dan Suriah sama-sama tidak menyebutkan berapa banyak orang yang menjadi korban dalam bencana tersebut.
Dalam salah satu upaya penyelamatan di Antakya, Turki selatan, Sabtu (18/2) malam, petugas menyingkirkan puing-puing dengan tangan.
Baca Juga: Keajaiban Gempa Turki Berlanjut, 3 Orang Ditarik Keluar Hidup-Hidup usai 11 Hari di Bawah Reruntuhan
Anjing pelacak dan kamera termal sempat mendeteksi tanda-tanda kehidupan dari dua orang, kata tim penyelamat.
Namun, beberapa saat setelah tengah malam, delapan jam sejak penyelamatan dimulai, tim menghentikan upaya mereka.
"Tak seorang pun masih hidup," kata Mujdat Erdogan, seorang anggota AFAD.
"Saya pikir kami tidak dapat lagi menyelamatkan orang," ujarnya.
Tim penyelamat dari Kyrgyztan berusaha menolong satu keluarga asal Suriah di bawah reruntuhan gedung di Antakya. Tiga orang, termasuk seorang anak, berhasil dievakuasi. Ibu dan ayahnya selamat, tetapi anak itu meninggal kemudian karena dehidrasi.
Baca Juga: Gempa Turki Disebut Paling Mematikan Nomor 5, Ternyata Nomor 1 di Indonesia
Kembarannya dan seorang kakak perempuannya juga ditemukan dalam keadaan sudah meninggal.
"Kami mendengar teriakan saat menggali hari ini satu jam lalu. Ketika kami menemukan orang yang masih hidup kami selalu merasa senang," kata Atay Osmanov, seorang petugas penyelamat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 26 juta orang di Turki dan Suriah memerlukan bantuan kemanusiaan.
Di Suriah, yang melaporkan lebih dari 5.800 kematian, Program Pangan PBB (WFP) mengatakan otoritas di bagian barat laut negara itu menutup akses ke wilayah tersebut.
Direktur WFP David Beasley mengatakan, blokade itu menghambat operasi pengiriman bantuan dan harus segera dibenahi.
Sebagian besar kematian di Suriah terjadi di wilayah barat laut negara itu, yang dikuasai para pemberontak. Mereka berperang dengan pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar Al Assad.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.