MONT DE MARSAN, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan rencana peningkatan anggaran pertahanan sebesar 33 persen untuk tujuh tahun ke depan, Jumat (20/1/2023). Rencana ini diumumkan menyusul serangan Rusia ke Ukraina tahun lalu mengguncang Eropa,
Seperti dilansir France24, pengumuman itu disampaikan sehari setelah lebih dari satu juta orang melakukan protes di Prancis menentang usulan reformasi untuk memangkas defisit pensiun.
Macron mengatakan dia akan meminta parlemen untuk menyetujui anggaran baru lebih dari 400 miliar euro untuk tahun 2024-2030, naik dari 295 miliar euro untuk periode 2019-2025.
"Setelah memperbaiki angkatan bersenjata, kita akan mentransformasikannya," katanya kepada tentara di pangkalan udara barat daya Mont-de-Marsan.
"Kita perlu melakukan yang lebih baik dan melakukannya secara berbeda," tambah Macron.
Kita perlu "mengistimewakan tindakan cepat dan meningkatkan kekuatan karena kita tidak akan bisa memilih konflik yang harus kita hadapi."
Macron juga mengatakan anggaran untuk intelijen militer akan dinaikkan sebesar 60 persen untuk periode yang sama, dan berharap dapat menggandakan kemampuan negara untuk menanggapi serangan siber besar.
Macron juga mengatakan Prancis ingin meningkatkan pertahanan udaranya hingga 50 persen.
Baca Juga: PM Jepang Perintahkan Anggaran Pertahanan Dinaikkan Jadi 2 Persen dari PDB, Segini Nilai Rupiahnya
RUU pertahanan baru untuk tahun 2024-2030, yang masih membutuhkan pemungutan suara parlemen, juga diharapkan dapat meningkatkan produksi peralatan militer, selain "untuk menanggapi kebutuhan angkatan bersenjata" tetapi juga memenuhi "untuk harapan mitra" seperti Ukraina, kata kantor kepresidenan Prancis.
Paris meningkatkan pengeluaran pertahanan dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kapasitas militernya mendapat sorotan sejak Rusia pada Februari tahun lalu menginvasi Ukraina yang pro-Barat.
Prancis mengirimkan senjata ke Ukraina sejak serangan Rusia, tetapi lebih sedikit dari beberapa sekutu Barat Kiev lainnya.
Prancis menyediakan persenjataan seperti sistem artileri howitzer Caesar dan mengumpulkan dana sebesar 200 juta euro bagi Ukraina untuk membeli peralatan langsung dari pabrikan Prancis.
Prancis juga berjanji untuk menyerahkan tank ringan AMX-10 RC yang sangat mobile, yang beroda dibanding sistem rantai seperti tank tetapi memiliki meriam khas tank yang jauh lebih berat.
Kebutuhan Prancis tidak sama dengan kebutuhan Ukraina, kata kepresidenan Prancis.
"Prancis bukan Ukraina. Prancis tidak punya kepentingan keamanan yang sama, dan tidak memiliki perbatasan dengan Rusia," katanya.
"Kita punya senjata nuklir dan kita tergabung Uni Eropa dan NATO."
Tapi itu memang harus mampu merespons dengan cepat dalam kerangka kerja Eropa, dengan atau tanpa NATO, yang berarti mengerahkan 20.000 tentara dalam waktu singkat.
Sumber : Kompas TV/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.