SHIJIAZHUANG, KOMPAS.TV - China menghadapi gelombang infeksi Covid-19 usai kebijakan pembatasan ketat dicabut secara nasional sejak awal Desember lalu. Gelombang infeksi dilaporkan membuat layanan kesehatan dan pemakaman kewalahan, ruang rumah sakit penuh dan pesanan krematorium melonjak.
Situasi infeksi yang parah disebut terjadi di Provinsi Hebei, barat daya ibu kota Beijing. Provinsi ini menghadapi gelombang Covid-19 sejak November dan situasinya disebut dapat menjadi pertanda tentang apa yang akan terjadi di China.
Menurut laporan Associated Press, Minggu (26/12/2022), banyak lansia di Hebei jatuh sakit hingga kritis. Banyak pasien Covid-19 tak mendapat tempat tidur dan banyak warga mesti antre berhari-hari untuk mengakses layanan krematorium.
Baca Juga: Situasi Covid-19 China Makin Parah: Rumah Sakit Penuh, Warga Menjerit
Di Kota Zhuzhou, Provinsi Hebei, pasien-pasien Covid-19 memenuhi koridor rumah sakit. Ruang UGD penuh hingga ambulans-ambulans yang datang terpaksa disuruh pergi.
Selama dua hari terkini, Associated Press menyaksikan sekitar 30 ambulans yang berlalu-lalang di Zhuzhou. Sebagian menuju arah rumah sakit, sebagian menuju tempat krematorium.
Di krematorium Zhuzhou, tungku menyala sepanjang waktu dan petugas kewalahan menghadapi mayat-mayat yang terus masuk. Seorang pekerja krematorium memperkirakan ia membakar 20 hingga 30 mayat per hari, naik tiga atau empat kali lipat sebelum pembatasan Covid-19 di China dilonggarakan.
"Banyak sekali orang mati. Mereka bekerja siang-malam, tetapi tidak bisa membakar semuanya," kata seorang pekerja krematorium, Zhao Yongsheng.
Sementara di Gaobeidian, kabupaten sekitar 20 kilometer di selatan Zhuzhou, mayat seorang nenek dibawa ke krematroium melalui dua jam perjalanan dari Beijing. Pasalnya, tempat-tempat krematorium di Beijing penuh.
"Mereka bilang kami harus antre hingga 10 hari," kata Liang, cucu nenek tersebut.
Sejak pembatasan dilonggarkan secara nasional pada 7 Desember, pemerintah China melaporkan tujuh kematian baru terkait Covid-19. Angka kematian resmi terkait Covid-19 di China sejak awal pandemi adalah 5.241 kasus.
Akan tetapi, pencatatan resmi China disebut berbagai pihak tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. China sendiri mengakui hanya menghitung kematian akibat pneumonia atau gagal napas pada pasien Covid-19, tidak seperti kebanyakan negara lain dan panduan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Pejabat WHO bahkan memperingatkan, cara Beijing menghitung angka kematian Covid-19 "menyampingkan jumlah kematian yang sebenarnya."
Seiring gelombang infeksi Covid-19 di China, kalangan pakar memprediksi satu hingga dua juta kematian di China hingga akhir tahun depan.
Baca Juga: Wabah Covid-19 di China Kian Parah, Timbul Ketakutan Muncul Mutasi Baru Virus Corona
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.