WASHINGTON, KOMPAS.TV - Kepolisian Iran menangkap setidaknya 23 jurnalis selama aksi demonstrasi dan kerusuhan yang melanda berbagai kota di negara itu dua pekan belakangan.
Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ), organisasi yang berbasis di New York, melaporkan bahwa jumlah jurnalis yang ditangkap itu valid per Selasa (27/9/2022).
CPJ pun mendesak Teheran segera membebaskan 23 jurnalis yang ditangkap. Organisasi ini juga menuntut pemerintah Iran segera memulihkan akses internet yang dipadamkan sejak protes meletus.
Detail mengenai penangkapan para jurnalis itu masih belum bisa diketahui. Pasalnya, akses informasi dari Iran terhambat oleh pemadaman internet dan gangguan besar jaringan seluler.
Akan tetapi, berdasarkan keterangan berbagai sumber CPJ, sejumlah jurnalis itu ditangkap di rumah mereka ketika lewat tengah malam.
Baca Juga: Ikut Protes Lepas Hijab, Wanita 20 Tahun di Iran Tewas Ditembak 6 Peluru oleh Aparat
Belum jelas dari kesatuan apa aparat keamanan yang menangkap para jurnalis. Dakwaan atas penangkapan-penangkapan tersebut pun belum jelas.
“Otoritas Iran harus segera melepaskan semua jurnalis yang ditangkap atas peliputan kematian Mahsa Amini dan protes yang mengikutinya,” kata Koordinator Program Timur Tengah dan Afrika Utara CPJ Sherif Mansour.
“Aparat keamanan Iran harus meninggalkan tindakan represif terhadap jurnalis yang melaporkan berita kritis ini dan memulihkan akses internet yang vital untuk membuat masyarakat tetap mendapatkan informasi,” lanjutnya.
Aksi protes dan kerusuhan melanda setidaknya 46 kota dan desa di Iran, termasuk ibu kota Teheran, sejak 17 September lalu.
Protes tersebut menuntut keadilan atas kematian Mahsa Amini, perempuan 22 tahun yang tewas dalam tahanan usai ditangkap karena melanggar aturan hijab.
Menurut laporan televisi negeri Iran, setidaknya 41 demonstran dan polisi tewas sejak aksi protes dimulai. Sedangkan menurut laporan Associated Press, lebih dari 1.500 demonstran telah ditangkap.
Baca Juga: Di Tengah Kerusuhan Terkait Kematian Mahsa Amini, Iran Panggil Dubes Inggris dan Norwegia, Kenapa?
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.