TEHERAN, KOMPAS.TV - Setidaknya 31 orang tewas dalam demonstrasi di Iran hingga Kamis (22/9/2022), yang dipicu kematian perempuan Iran Mahsa Amini.
Demonstrasi terjadi sejak Amini dilaporkan tewas di tahanan, Senin (19/9/2022), seusai ditahan polisi moral Iran karena tak memakai jilbab.
Demonstrasi kemudian berkembang menjadi kerusuhan, di mana para demonstran kemudian membakar kantor polisi dan kendaraan di beberapa kota.
Dikutip dari Al-Arabiya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Hak Asasi Manusia (IHR), setidaknya 31 orag terbunuh oleh pasukan keamanan Iran pada demonstrasi tersebut.
Baca Juga: Setidaknya 9 Orang Tewas pada Unjuk Rasa Iran atas Kematian Perempuan Muda usai Ditahan Polisi Moral
“Rakyat Iran telah turun ke jalan untuk mencapai hak-hak dasar dan martabat manusia, dan pemerintah menanggapi protes damai mereka dengan peluru,” tutur Direktur IHR, Mahmood Amiry-Moghaddam.
Pemerintah Iran pun kemudian mematikan internet di Teheran dan Kurdistan, memblok akses ke media sosial Instagram dan WhatsApp sebagai cara untuk menekan perkembangan gerakan demonstrasi.
Bahkan perempuan Iran yang turun ke jalan membakar jilbab dan memotong rambut mereka.
Presiden Iran Ebrahim Raisi khirnya pun buka suara atas tragedi yang menimpa Amini.
Baca Juga: Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi kepada Polisi Moral Iran Setelah Kematian Mahsa Amini
Raisi mengatakan pada konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB bahwa kematian Amini yang berada dalam tahanan polisi moral pasti harus diselidiki.
“Saya menghubungi keluarganya dalam kesempatan pertama, dan saya memastikan kepada mereka bahwa kami akan melanjutkan penyelidikan atas insiden itu,” kata Raisi.
“Perhatian utama kami adalah perlindungan hak-hak setiap warga negara,” ujarnya.
Tentang kematian Amini, ia mengatakan pihak berwenang akan melakukan yang perlu dilakukan, dan tanggung jawab itu sekarang berada di tangan pengadilan.
Sumber : Al-Arabiya/The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.