“Luka ini mungkin sudah sembuh, tetapi jauh di dalam, kemarahan dan kesedihan masih ada di sana. Tidak hanya karena saya melalui semua ini, tetapi karena banyak orang baik dan patriotis mati melawan kediktatoran,” kata Judy Taguiwalo, penyintas penyiksaan rezim Marcos pada 1980-an dikutip Associated Press.
Baca Juga: Keluarga Marcos di Filipina Disebut Tak Sama dengan Keluarga Cendana di Era Orde Baru, Ini Alasannya
Perempuan berusia 72 tahun itu pun mendesak Presiden Bongbong Marcos minta maaf dan “berhenti bohong tentang kengerian darurat militer.”
Saat ini, Marcos Jr. yang menjabat presiden sejak Juni 2022 tengah menghadiri pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS.
Di luar gedung PBB, sekelompok demonstran Filipina-Amerika menggelar demonstrasi yang mengecam kediktatoran Marcos. Kelompok demonstran itu sempat mendekati Bongbong Marcos dan mencemoohnya.
Hingga berita ini diturunkan, Bongbong Marcos belum memberi tanggapan mengenai peringatan darurat militer di Filipina.
Bongbong Marcos sendiri enggan memenuhi tuntutan minta maaf atas kekejaman sang ayah. Bahkan, sang Presiden membela kebijakan ayahnya yang menskors Kongres dan menetapkan darurat militer. Ia menyebut kebijakan itu dibutuhkan untuk melawan pemberontak muslim dan komunis.
Bongbong pun menyatakan bahwa penyebutan ayahnya sebagai diktator itu “keliru”. Ia juga membantah tuduhan bahwa ia berupaya membersihkan riwayat bopeng keluarganya.
Baca Juga: Era Baru Filipina, Rosianna Silalahi: Bongbong Marcos Ingin Merehabilitasi Nama Ayahnya
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.