BEIJING, KOMPAS.TV - China membanggakan proyek kerja sama kereta cepat dengan Indonesia yang mana rangkaian kereta pertamanya tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, 2 September lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers pada Selasa (6/9/2022), menyebut kereta cepat Jakarta-Bandung adalah proyek unggulan (flagship) dalam kerja sama kedua negara.
Baca Juga: Cetak Sejarah! Rangkaian Kereta Cepat Perdana Tiba di Indonesia, Pakai Kapal dari Pelabuhan di China
Mao menyanjung pengiriman pertama rangkaian kereta cepat buatan China itu sebagai “langkah penting” proyek kereta yang rencananya akan beroperasi pada 2023 mendatang tersebut.
“Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah proyek flagship dari kerja sama Prakarsa Sabuk dan Jalan antara China dan Indonesia,” kata Mao dikutip Associated Press.
“Setelah rampung, itu akan menjadi kereta cepat pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara, akan sangat meningkatkan konektivitas Indonesia dan menyuntikkan dorongan kuat terhadap ekonomi setempat dan perkembangan sosial,” lanjutnya.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dikerjakan oleh joint venture antara empat BUMN Indonesia dengan China Railway International Co. Ltd.
Proyek jalur kereta sejauh 142,3 kilometer ini membutuhkan biaya USD5,5 miliar atau sekitar Rp82 triliun.
Proyek tersebut diyakini akan memangkas waktu tempuh perjalanan Jakarta-Bandung menjadi 40 menit saja.
Baca Juga: Sejumlah Alasan di Balik Pembengkakan Biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Sebelumnya diberitakan KOMPAS TV, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) dalam pengerjaannya.
Imbasnya, pemerintah Indonesia diminta untuk menanggung pembengkakan biaya proyek KCJB oleh China Development Bank (CDB).
Untuk diketahui, pembengkakan biaya proyek KCJB ini menjadi USD8 miliar atau setara Rp114,24 triliun.
Angka itu bertambah USD1,9 miliar (Rp27,09 triliun) dari rencana awal sebesar USD6,07 miliar yang ekuivalen dengan Rp86,5 triliun.
Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak menolak penggunaan dana APBN untuk membiayai cost overrun dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Hal ini menyusul sejumlah aspek yang dinilai janggal.
"Jangan terjebak mau menggelontorkan dana APBN untuk menanggung pembengkakan biaya," kata Amin Ak dalam keterangan tertulis, Rabu, 3 Agustus 2022.
Ia mengungkapkan, penolakan keras tersebut berdasarkan beberapa aspek dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang dinilai janggal sejak proposal disampaikan China pada Agustus 2015 silam.
China ketika itu, menawarkan biaya proyek yang lebih murah dibanding Jepang dan menjanjikan proyek dikerjakan secara business to business (BtoB) tanpa perlu jaminan pemerintah.
Baca Juga: Cek Lulusan SMA/SMK-S1, PT Kereta Cepat Indonesia China Buka Banyak Lowongan Kerja, Nih!
“Sejak awal studi kelayakan dilakukan pihak China. Sangat aneh jika mereka tidak mampu mendeteksi potensi pembengkakan biaya tersebut. Apakah ini karena kredibilitas dan kualitas studi kelayakan yang rendah atau sebuah jebakan agar proyek rugi tersebut tetap berjalan," ungkapnya.
Kejanggalan lain, menurut Amin, dari sisi bisnis, operasional kereta cepat Jakarta-Bandung ini sulit untuk balik modal. Hal ini karena pembengkakan biaya pembangunan.
"Secara hitungan bisnis sangat sukar untuk bisa kembali modal," katanya.
Amin pun menyebut, situasinya mirip dengan apa yang dialami sejumlah negara yang menggunakan pendanaan dari China untuk pembangunan infrastruktur seperti Srilanka dan Pakistan.
Baca Juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Butuh 139 Tahun untuk Balik Modal, Faisal Basri: Yang Menanggung Rakyat
Pada 2021, ekonom senior Indef, Faisal Basri, mengatakan, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung butuh waktu hingga 139 tahun sampai dapat balik modal.
Hal ini berdasarkan simulasi sederhana yang ia lakukan untuk menghitung keuntungan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Sebelumnya, proyek garapan PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) mengalami peningkatan nilai investasi (cost overrun) dari Rp86,5 triliun menjadi Rp114,2 triliun.
Karena biaya investasi yang membengkak, pemerintah Indonesia pun harus mengeluarkan dana dari APBN 2022.
Faisal membuat beberapa simulasi terkait waktu proyek ini dapat balik modal. Skenario terburuk menunjukkan bahwa proyek kereta cepat ini baru dapat balik modal 139 tahun lagi.
“Kami ada simulasi sederhana. Kalau nilai investasi Rp114 triliun dengan kursi yang diisi 50 persen dengan jumlah trip sekitar 30 kali sehari dan harga tiket Rp250 ribu, maka kereta cepat baru balik modal 139 tahun lagi,” papar Faisal.
Menurut Faisal, simulasi ini bahkan belum menghitung biaya operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang akan menambah ongkos bagi pemerintah dan BUMN.
Lalu, skenario kedua menyebut bahwa dengan nilai investasi sama, proyek ini baru dapat balik modal 83 tahun lagi.
Skenario ini berlaku, bila ada pertambahan jumlah perjalanan per hari menjadi 35 trip, kapasitas kursi terisi 60 persen, dan harga tiket naik menjadi Rp300 ribu untuk setiap perjalanan.
Simulasi ketiga menunjukkan, kereta cepat baru dapat balik modal selama 62 tahun.
Hal ini baru dapat tercapai, jika kapasitas kursi penumpang terisi 80 persen, jumlah trip 30 kali sehari dan harga tiket Rp350 ribu.
Skenario paling optimistis menunjukkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung baru bisa balik modal dalam waktu 33 tahun lagi.
Akan tetapi, skenario ini mensyaratkan kapasitas kereta selalu penuh, 39 trip sehari, dan harga tiket dibanderol Rp400 ribu.
Sumber : Associated Press/KOMPAS TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.