WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) kembali mengirim paket bantuan militer besar ke Ukraina. Bantuan militer senilai 775 juta dolar AS atau sekitar Rp11,5 triliun ini memuat sejumlah jenis senjata baru.
Senjata-senjata kiriman AS diyakini dapat membantu Kiev meluncurkan misi serangan balik ke timur dan selatan Ukraina.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah berikrar akan merebut kembali teritori yang diduduki Rusia, termasuk Krimea.
Menurut laporan Associated Press, Jumat (19/8/2022), seorang pejabat Pentagon menyatakan bahwa perlengkapan militer baru yang dikirim di antaranya adalah 15 drone pengintai Scan Eagle, 40 kendaraan tempur tahan ranjau MRAPS yang dilengkapi penyapu ranjau, serta 2.000 amunisi anti-kendaraan lapis baja.
Pejabat AS tersebut mengaku AS berupaya mempersenjatai militer Ukraina dengan menyesuaikan perkembangan perang dan proyeksi di kemudian hari.
Senjata-senjata itu diyakini dapat membantu serangan balik Ukraina, terutama ke teritori yang dibentengi oleh ladang ranjau Rusia.
Baca Juga: Rusia Umumkan Hentikan Total Pasokan Gas ke Eropa selama Tiga Hari karena Perawatan Rutin
Selain perlengkapan militer di atas, paket bantuan AS juga memuat artileri howitzer. Walaupun Washington telah menyediakan howitzer untuk Ukraina, tetapi kali ini, AS mengirimkan sekaligus 16 unit sistem persenjataan tersebut.
Paket bantuan militer terbaru AS juga memuat 1.500 rudal anti-tank, 1.000 rudal anti-tank portabel FGM-148 Javelin, serta rudal anti-radiasi berkecepatan tinggi HARM yang menyasar sistem radar.
“Kapabilitas-kapabilitas (bantuan senjata) ini dikalibrasi secara hati-hati demi membuat perbedaan sebesar mungkin di medan tempur dan memperkuat posisi Ukraina di meja perundingan,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Menanggapi paket bantuan militer AS, Zelenskyy pun menyatakan apresiasinya.
“Kita telah menempuh langkah penting selanjutnya untuk mengalahkan agresor,” kata presiden berusia 44 tahun tersebut.
Selama empat bulan terkini perang, Rusia mengonsentrasikan pasukan untuk merebut kawasan Donbass di timur Ukraina.
Kiev sendiri dilaporkan belum berhasil merebut sebagian besar wilayah yang diduduki Rusia. Namun, AS menyebut Ukraina berhasil melemahkan garnisun Ukraina secara signifikan di berbagai tempat.
Serangan jarak jauh Ukraina disebut melemahkan dukungan suplai logistik Rusia serta mengganggu komando dan kontrol pasukan, sekaligus melemahkan moril tentara Rusia.
Baca Juga: Drone Buatan Taiwan Digunakan Pasukan Ukraina Lawan Rusia, Dukungan Taipei ke Kiev?
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.