LONDON, KOMPAS.TV - Perang Rusia-Ukraina masih berkobar 140 hari usai Moskow meluncurkan invasi besar-besaran pada 24 Februari 2022. Rusia, yang memfokuskan serangan ke kawasan timur, terus menekan pasukan Ukraina di front Donbass.
Kiev butuh serangan balik besar untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang diduduki Rusia. Namun, agar berhasil, menurut redaktur pertahanan dan keamanan The Guardian, Dan Sabbagh kuncinya adalah kesabaran mempersiapkan serangan balik.
Ukraina telah berencana mengumpulkan pasukan berkekuatan “sejuta tentara” untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov pada akhir pekan lalu.
Reznikov menambahkan, pasukan Ukraina bisa menggunakan roket artileri jarak jauh kiriman Amerika Serikat untuk membuat perbedaan di front. Kebermanfaatan ini membuat AS dan sekutu diminta untuk meningkatkan pasokan senjata berat.
Akan tetapi, walaupun kiriman senjata Barat menimbulkan perubahan, Kiev diyakini belum kapabel untuk meluncurkan serangan balik yang efektif. Sabbagh menuliskan bahwa, untuk membalikkan keadaan, dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Baca Juga: Zelenskyy Sebut Rusia Sudah Kalah di Ukraina, tetapi Tak Punya Nyali untuk Mengakuinya
Gagasan kontra-ofensif telah menjadi pembicaraan sejak lama. Peneliti dari lembaga wadah pemikir Chatham House, Orysia Lutsevych menyebut rencana serangan balik “sangat populer di Ukraina.”
Kiev pun wajib meyakinkan mitra negara-negara Barat untuk mempertahankan aliran bantuan. Militer Ukraina harus membuktikan bahwa mereka punya kesempatan realistis untuk mendepak Rusia.
Sabbagh menyebut Ukraina bisa menghimpun pasukan yang kira-kira terdiri dari 700.000 serdadu dan 300.000 paramiliter. Namun, jika berhasil mengumpulkan personel sebanyak itu, kualitas pasukan menjadi masalah utama.
Ketika Rusia menginvasi Ukraina, International Institute for Strategic Studies (IISS) memperkirakan bahwa Kiev punya angkatan bersenjata berkekuatan 125.000 tentara ditambah 100.000 garda nasional dan penjaga perbatasan.
Pertempuran Donbass yang berlangsung selama tiga bulan telah merugikan Ukraina dengan banyaknya korban. Pasalnya, tak seperti tahap awal invasi yang menyasar ibu kota Kiev, kali ini Rusia beralih ke taktik bombardir artileri.
Berbagai kalangan menyampaikan estimasi korban pasukan Ukraina di front Donbass. Terkini, seorang sumber militer Ukraina yang berbicara ke pakar di lembaga wadah pemikir RUSI menyebut jumlah serdadu tewas di Donbass rata-rata adalah 100 per hari.
Selain itu, korban luka diperkirakan ada di angka 300 atau 400 per hari. Pasukan Ukraina pun diperkirakan kehilangan 15.000 tentara per bulan atau sekitar 35.000 hingga 45.000 selama pertempuran Donbass.
Ditambah lagi, sekitar 7.200 serdadu Ukraina dilaporkan menghilang sejak awal invasi. Angka itu adalah hasil estimasi Kiev per Senin (11/7).
Baca Juga: Brutalnya Hujan Artileri Rusia di Donbass: Kesaksian dari Penyintas Ukraina di Garis Depan
Selain kalah besar secara kuantitas, kerugian Ukraina semakin telak jika mengingat pasukannya di front Donbass adalah yang paling berpengalaman.
Sumber : The Guardian
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.