BEIRUT, KOMPAS.TV – Salah satu pendiri partai oposisi di Arab Saudi, tewas di Beirut, Lebanon, Minggu (10/7/2022).
Manea Al-Yami, nama anggota dan pendiri Partai Majelis Nasional itu, dibunuh ketika sedang berada di pengasingan di Ibu Kota Lebanon.
"Setelah berita pembunuhan, partai tersebut telah mencoba untuk memverifikasi rincian dan motifnya," kata pernyataan partai seperti dikutip dari The Associated Press.
“Partai itu juga menganggap otoritas Saudi bertanggung jawab karena menempatkan orang-orang dalam bahaya, sehingga memaksa mereka untuk tinggal di pengasingan. Mereka tinggal di lingkungan yang tidak aman karena keyakinan politik mereka atau tuntutan mereka akan hak asasi manusia,” tambahnya.
Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa dua saudara laki-laki Al-Yami menikamnya sampai mati di pinggiran selatan Beirut, Dahiyeh pada Sabtu malam. Kedua bersaudara itu ditahan dan mengakui bahwa mereka membunuh Al-Yami karena alasan keluarga.
Baca Juga: Arab Saudi Umumkan Ibadah Haji Tahun ini Berakhir Sukses dengan Jemaah Capai 916.829 Orang
Duta Besar Arab Saudi untuk Lebanon Waleed Bukhari mengeluarkan pernyataan singkat tentang pembunuhan itu. Ia mengatakan dalam sebuah tweet bahwa dia sangat menghargai upaya Pasukan Keamanan Dalam Negeri Lebanon dalam mengungkap fakta dan membawa para pelaku ke pengadilan atas pembunuhan seorang warga negara Saudi yang terbunuh di pinggiran selatan Beirut. Kematian Al-Yami tidak dilaporkan oleh Saudi Press Agency.
Partai Majelis Nasional berdiri pada September 2020 dan berkantor pusat di London. Partai ini sangat kritis terhadap Raja Salman dari Arab Saudi dan keluarga kerajaan Al-Saud dan menyerukan parlemen terpilih di Arab Saudi.
Yahya Assiri, anggota pendiri lainnya yang berbasis di London, mengatakan kepada The Associated Press bahwa ketika masih hidup, Al-Yami khawatir akan dilukai. Tetapi dia tidak menyebutkan kekhawatiran itu datang dari siapa.
“Aktivitasnya dilakukan dengan cara yang dirahasiakan, dan (dia) adalah anggota inti partai,” tambah Assiri.
Hubungan antara Lebanon dan negara-negara Teluk telah tegang dalam beberapa tahun terakhir karena kekuatan politik Hizbullah yang tumbuh di negara itu.
Negara-negara Teluk sangat kritis terhadap kelompok oposisi yang mengadakan acara di Dahiyeh, kubu politik Hizbullah yang didukung Iran, yang dianggap negara-negara Teluk sebagai organisasi teroris.
Baca Juga: Perubahan Aturan dari Arab Saudi, Sulitkan Jemaah Haji di Amerika Serikat untuk Berangkat
Menteri dalam negeri Lebanon pada bulan Desember memerintahkan untuk mendeportasi anggota partai oposisi Bahrain yang dilarang Al-Wefaq, setelah mengadakan konferensi yang mengkritik catatan hak asasi manusia kerajaan.
Pada bulan Januari, Hizbullah menyelenggarakan konferensi untuk tokoh-tokoh oposisi Saudi pada peringatan kematian ulama Syiah Saudi yang berpengaruh Nimr al-Nimr.
Dia adalah salah satu dari 47 orang yang tewas dalam eksekusi massal oleh otoritas Saudi pada Januari 2016. Pemberontak Houthi yang didukung Iran juga hadir di konferensi tersebut.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.