Lavrov mengatakan 'operasi militer khusus' Rusia di Ukraina berjalan sesuai rencana dan pembicaraan damai perlu dilanjutkan sebelum ada kemungkinan pembicaraan antara Presiden Vladimir Putin dan Zelensky.
Diperkirakan, 22 juta ton biji-bijian disimpan di silo di Ukraina.
Turkiye terlibat dalam upaya pembentukan mekanisme yang dipimpin PBB, yang bertujuan menciptakan koridor aman untuk pengiriman biji-bijian Ukraina, dan bagi Rusia untuk mengekspor makanan dan pupuk.
Turkiye akan memfasilitasi dan melindungi pengangkutan biji-bijian di Laut Hitam, kata pejabat Turkiye.
Baca Juga: Meski Kesulitan Logistik akibat Sanksi Isolasi, Rusia Siap Ekspor 50 Juta Ton Gandum
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan militer Rusia perlu memeriksa kapal komersial yang mengambil biji-bijian untuk memastikan mereka tidak membawa senjata.
Dia menambahkan, setelah mereka dimuat dengan biji-bijian, Rusia akan membantu mengawal kapal ke perairan internasional.
Menteri Pertahanan Turkiye Hulusi Akar pada Selasa (7/6/2022) mengatakan, rincian teknis masih sedang dikerjakan.
“Upaya perencanaan teknis tentang hal-hal seperti bagaimana itu akan dilakukan, bagaimana ranjau akan dibersihkan, siapa yang akan melakukannya, bagaimana koridor akan dibuat dan siapa yang akan mengawal (kapal),” urai Akar.
Lavrov tiba di Turkiye beberapa hari setelah anggota NATO Bulgaria, Makedonia Utara dan Montenegro dilaporkan menolak untuk mengizinkan pesawatnya terbang melalui wilayah udara mereka untuk mencapai Serbia. Pesawat Lavrov dapat terbang langsung ke Turkiye di atas Laut Hitam.
Diskusi Lavrov di ibu kota Turkiye juga diharapkan fokus pada rencana Turkiye untuk meluncurkan serangan lintas batas baru di Suriah utara terhadap milisi Kurdi Suriah yang dianggap Ankara sebagai ancaman keamanan.
Turkiye membutuhkan persetujuan Moskow untuk melanjutkan kehadirannya di Suriah utara, meskipun keduanya mendukung pihak yang berlawanan dalam perang saudara di Suriah.
Pada tahun 2020, 37 tentara Turkiye tewas dalam serangan udara yang didukung Rusia terhadap pemberontak di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak Suriah.
“Turkiye benar-benar membutuhkan restu Rusia untuk dapat melakukan operasi ini (di Suriah.) Jadi saya pikir mereka benar-benar akan mencoba mendapatkan konsesi semacam itu dari pihak Rusia,” kata Merve Tahiroglu, koordinator program Turkiye di Proyek Demokrasi Timur Tengah.
Sumber : Arab News/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.