MADRID, KOMPAS.TV — Menjelang perayaan Gay Pride di Eropa, komunitas LGBTQ Spanyol khawatir merebaknya cacar monyet di Eropa menyebabkan peningkatan sentimen homofobia berdasarkan kesalahpahaman tentang penyakit tersebut.
Seperti dilansir dari Associated Press, Jumat (27/5/2022), otoritas kesehatan Spanyol pada Kamis (26/5/2022) mengatakan, sekarang ada 84 kasus yang telah dikonfirmasi di negara itu, jumlah tertinggi di Eropa.
Mereka telah memusatkan penyelidikan mereka pada hubungan antara acara Gay Pride di Kepulauan Canary yang dihadiri sekitar 80.000 orang pada awal Mei, dan kasus-kasus yang terkait dengan sauna Madrid.
Tetapi beberapa orang, terutama pria gay dan biseksual, percaya ada sentuhan histeria homofobik dalam reaksi publik yang lebih luas terhadap wabah penyakit langka di luar Afrika, tempat penyakit itu lama mewabah.
Sebagian besar kasus yang diketahui di Eropa terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, menurut pihak berwenang di Inggris, Spanyol, Jerman dan Portugal.
Seorang penasihat utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, wabah itu berkemungkinan dipicu oleh aktivitas seksual di dua acara massal Rave Party di Eropa, baru-baru ini.
Wabah di Spanyol datang menjelang perayaan Gay Pride Madrid, yang akan digelar pada awal Juli.
Baca Juga: Infeksi Cacar Monyet Menyebar, Siapa Saja yang Relatif Terlindungi? Ini Informasinya
Acara Gay Pride tahun ini diperkirakan akan menarik banyak pengunjung, tidak seperti acara dua tahun terakhir yang diperkecil atau dibatalkan karena pembatasan Covid-19.
Penyelenggara mengatakan, perayaan Gay Pride pra-pandemi terakhir di kota itu adalah tahun 2019, menarik sekitar 1,6 juta orang yang bersuka ria dan berpesta pora, meskipun polisi menyebutkan jumlahnya hanya sekitar 400.000.
“Gay Pride adalah pesta besar, momen untuk membuat suara kami didengar, yang menyatukan banyak orang,” ujar Mario Blázquez, koordinator program kesehatan untuk kelompok LGBTQ COGAM di Madrid, mengatakan kepada The Associated Press.
Blázquez mengatakan, dia khawatir perayaan Gay Pride bulan depan dapat terancam oleh pembatasan yang terlalu bersemangat, yang sebagian didorong oleh prasangka dan sebagian oleh ketakutan akan darurat kesehatan masyarakat lainnya di atas pandemi Covid-19 yang masih ada.
“Kami tidak tahu apa yang akan terjadi. Kami tidak tahu apa tingkat penularan virus atau tindakan hukum apa yang dapat diambil. Dan kemudian stigma apa yang bisa ditimbulkan oleh tindakan hukum yang terkadang diskriminatif ini.”
Sejauh ini, pihak berwenang Spanyol belum menyebutkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang akan menghambat pertemuan besar.
Tetapi di luar Pride March, Blazquez mengatakan, dia khawatir masyarakat dapat membuat kesalahan yang sama seperti pada awal krisis HIV/AIDS pada 1980-an, ketika fokus pada penyakit di kalangan pria gay mengaburkan penyebarannya di antara populasi yang lebih luas.
Baca Juga: Peta Laporan Persebaran Cacar Monyet: Sudah Terdeteksi di Mana Saja?
“Ini adalah penyakit yang bisa diderita oleh setiap anggota masyarakat,” kata Blazquez.
“Kita menghadapi wabah yang sayangnya sekali lagi menyerang orang-orang LGBTQ, dan terutama pria gay dan biseksual. Apa yang terjadi agak mirip dengan kasus HIV pertama.”
Otoritas kesehatan di Eropa, Amerika Utara, Israel, dan Australia mengidentifikasi lebih dari 150 kasus penyakit ini dalam beberapa pekan terakhir.
Ini adalah wabah mengejutkan dari penyakit yang jarang muncul di luar Afrika, di mana ia tetap menjadi ancaman kesehatan yang serius sejak kasus pertama pada manusia ditemukan tahun 1970-an.
Para ahli mengatakan siapa pun dapat terinfeksi melalui kontak dekat dengan orang yang sakit, pakaian atau seprai mereka.
Kebanyakan orang sembuh dalam dua sampai empat minggu tanpa perlu rawat inap. Namun, WHO mengatakan bahwa dalam beberapa waktu terakhir, 3 sampai 6 persen kasus infeksi cacar monyet berakibat fatal.
Pejabat kesehatan di seluruh dunia memantau ketat lebih banyak kasus karena untuk pertama kalinya, penyakit itu tampaknya menyebar di antara orang-orang yang tidak melakukan perjalanan ke Afrika.
Mereka menekankan, bagaimanapun, bahwa risiko terhadap populasi umum, rendah.
Baca Juga: Pakar WHO: Wabah Cacar Monyet Saat Ini Diduga Bermula di Dua Pesta Pora Rave Besar-besaran Eropa
Pada Kamis, Italia mengonfirmasi 10 kasus cacar monyet, beberapa tetapi tidak semua, pada orang yang melakukan perjalanan ke Kepulauan Canary, Spanyol.
“Mengenai pertanyaan tentang penularan seksual, saya percaya kita belum bisa mendefinisikan ini secara ketat sebagai penyakit menular seksual,” kata Dr. Andrea Antinori, Direktur Viral Immunodeficiencies di rumah sakit Spallanzani di Roma.
"Jadi saya akan menghindari mengidentifikasi penyakit ini pada saat ini sebagai penyakit menular seksual, dan di atas segalanya, (akan menghindari) mengidentifikasi populasi, pria yang berhubungan seks dengan pria, sebagai pembawa penyakit ini, karena saya percaya ini juga merupakan masalah tanggung jawab dari sudut pandang tidak menstigmatisasi situasi ini." kata Antinori.
"Penyakit ini masih harus dipahami karena kita menghadapi gelombang baru yang berbeda dari sejarah yang kita kenal dalam beberapa dekade sebelumnya." tambahnya.
Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias, Rabu (25/5/2022), mengatakan pihaknya memutuskan ikut serta dalam pembelian kolektif vaksin cacar monyet oleh Uni Eropa, yang seperti vaksin Covid-19 akan didistribusikan berdasarkan populasi masing-masing negara yang berpartisipasi.
Dia mengatakan, para ahli kesehatan pemerintah sedang mempertimbangkan bagaimana menggunakan vaksin setelah tersedia lebih luas.
Amos García, presiden Asosiasi Vaksinologi Spanyol, merekomendasikan agar vaksin hanya diberikan kepada orang-orang yang pernah melakukan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan yang rentan terhadap infeksi, bukan kepada masyarakat umum.
“Kita berbicara tentang penyakit yang tidak memiliki potensi besar untuk menjadi epidemi,” kata García, menambahkan bahwa sebagian besar orang Spanyol di atas usia 40 tahun harus dilindungi oleh vaksin cacar yang secara teratur diberikan, beberapa dekade lalu.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.