Kompas TV internasional kompas dunia

Macron dan Le Pen Sengit di Pilpres Prancis Putaran 2 Hari Ini, Hasil Tergantung Jumlah Pencoblos

Kompas.tv - 24 April 2022, 19:45 WIB
macron-dan-le-pen-sengit-di-pilpres-prancis-putaran-2-hari-ini-hasil-tergantung-jumlah-pencoblos
Seorang wanita memberikan suaranya di Henin-Beaumont, Prancis utara, Minggu (24/4/2022). Rakyat Prancis mulai memberikan suara mereka dalam pemilihan presiden putaran kedua pada Minggu yang berdampak pada masa depan Eropa. Petahana Emmanuel Macron di posisi terdepan tetapi melawan tantangan berat dari penantang dari sayap kanan, Marine Le Pen. (Sumber: AP Photo/Michel Spingler)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

Le Pen adalah kutukan baginya, "Bahkan jika dia mencoba untuk melunakkan retorikanya, saya tidak bisa menerimanya."

Baca Juga: Capres Sayap Kanan Prancis Berpeluang Menangi Pilpres, Ini Gambaran bila Marine Le Pen Jadi Presiden

Penantang sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, memberikan suaranya pada pilpres putaran kedua di Henin-Beaumont, Prancis utara, Minggu, 24 April 2022. (Sumber: AP Photo/Michel Spingler)

Semua jajak pendapat dalam beberapa hari terakhir menunjukkan kemenangan Macron yang pro-Eropa dan baru berusia 44 tahun. Namun margin atas saingan sayap kanannya yang berusia 53 tahun, sangat bervariasi.

Jajak pendapat juga memperkirakan kemungkinan rekor jumlah orang yang akan memberikan suara kosong atau tidak memilih sama sekali.

Pensiunan Jean-Pierre Roux memilih untuk mencegah terpilihnya ayah Le Pen, Jean-Marie, pada putaran kedua 2002 dan sekali lagi melawan putrinya pada 2017.

Tetapi Roux tidak dapat memaksa dirinya untuk memilih Macron lagi kali ini. Dia memasukkan amplop kosong ke dalam kotak suara.

Dia menganggap Macron terlalu arogan untuk dipilih kembali, seraya mengutip keluhan umum terhadap Macron yang juga dikeluhkan pesaingnya, Le Pen.

"Saya tidak menentang ide-idenya tetapi saya tidak tahan dengan orang itu," katanya.

Le Pen berusaha menarik pemilih kelas pekerja yang kewalahan dengan harga yang melonjak di tengah serangan Rusia di Ukraina, sebuah pendekatan yang bahkan diakui Macron menemukan resonansi di masyarakat luas.

Le Pen mengatakan, menurunkan biaya hidup akan menjadi prioritasnya jika terpilih sebagai presiden wanita pertama Prancis, menggambarkan dirinya sebagai kandidat bagi pemilih yang tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Baca Juga: Kursi Presiden Prancis Sengit Diperebutkan, Ternyata Ini Kerja dan Wewenangnya

Presiden Prancis Emmanuel Macron berjabat tangan dengan simpatisan saat dia menuju ke tempat pemungutan suara di Le Touquet, Prancis utara, Minggu, 24 April 2022. (Sumber: AP Photo/Thibault Camus)

Le Pen mengatakan, kepresidenan Macron membuat negara itu terpecah.

Dia berulang kali merujuk pada apa yang disebut gerakan protes rompi kuning yang mengguncang pemerintahan Macron sebelum pandemi Covid-19, dengan demonstrasi rusuh selama berbulan-bulan yang memprotes kebijakan ekonominya yang menurut sebagian orang, merugikan orang miskin.

Kampanye kepresidenan Prancis sangat menantang bagi pemilih keturunan imigran dan agama minoritas, terutama karena kebijakan yang diusulkan Le Pen yang secara khusus menyasar muslim.

Macron juga menggembar-gemborkan pencapaian lingkungan dan iklimnya dalam upaya untuk menarik pemilih muda yang populer dengan kandidat sayap kiri.

Warga dan terutama kaum milenial berbondong-bondong memilih Melenchon. Banyak pemilih muda secara khusus terlibat dengan isu-isu iklim.

Meskipun Macron dikaitkan dengan slogan "Jadikan Planet ini Kembali Hebat," dalam masa jabatan lima tahun pertamanya, ia menyerah kepada pengunjuk rasa rompi kuning yang marah, akhirnya membatalkan kenaikan pajak atas harga bahan bakar.

Macron mengatakan, perdana menteri berikutnya akan bertanggung jawab atas perencanaan lingkungan karena Prancis berusaha untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050.

Le Pen, yang pernah dianggap skeptis terhadap perubahan iklim, ingin menghapus subsidi untuk energi terbarukan. Dia bersumpah untuk membongkar pembangkit listrik tenaga angin dan berinvestasi dalam energi nuklir dan energi air.




Sumber : Kompas TV/Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x