Komandan unit Ukraina di pabrik Azovstal membuat serangkaian video seruan putus asa dalam beberapa hari terakhir, mengatakan mereka bertahan pada seutas benang dan memohon bantuan.
Mayor Serhiy Volynskyy dari Brigade Marinir ke-36 mengatakan dalam sebuah video pada Rabu (20/4) kemarin mengatakan "kita mungkin menghadapi hari-hari terakhir kita, jika bukan jam-jam terakhir,” seraya menambahkan “jumlah musuh melebihi kita 10-1.”
Zelensky mengatakan sekitar 1.000 warga sipil juga berlindung di pabrik dan “kami terbuka untuk berbagai format pertukaran orang-orang kami dengan orang-orang Rusia, termasuk militer Rusia yang mereka tinggalkan.”
Namun dia menambahkan Rusia menghalangi upaya Ukraina untuk keluar melalui negosiasi.
Baca Juga: Tentara Rusia Kibarkan Bendera Uni Soviet di Ukraina, Bukti Kemenangan Putin?
Mariupol, yang merupakan bagian dari kawasan industri di Ukraina timur yang dikenal sebagai Donbas, menjadi sasaran utama Rusia sejak invasi 24 Februari dimulai.
Penaklukan kota akan memungkinkan pembentukan koridor darat dari perbatasan Rusia ke Semenanjung Krimea Ukraina yang diintegrasikan Moskow tahun 2014.
Penguasaan Mariupol juga akan membuat Ukraina kehilangan pelabuhan utama dan aset industri berharga.
Pengepungan selama tujuh minggu mengikat sejumlah besar pasukan Rusia, yang sangat dibutuhkan untuk serangan di tempat lain di Donbas.
Wilayah itu adalah tempat separatis yang didukung Moskow memerangi pasukan pemerintah Ukraina sejak 2014, setelah pencaplokan Krimea.
Baca Juga: Kabar Gembira! Rusia Janji Akhiri Serangan Militer ke Ukraina, tapi NATO Harus Ikuti Syarat Ini
Sejak dimulai 1 Maret, militer Rusia menghajar Mariupol tanpa henti dengan rentetan artileri dan serangan udara, meratakan sebagian besar kota yang dulu ramai.
Pemboman yang dituding tanpa pandang bulu menghantam rumah, rumah sakit dan bangunan umum lainnya, menewaskan ribuan orang, termasuk sekitar 300 orang yang tewas dalam serangan udara di Teater Drama Mariupol yang digunakan sebagai tempat perlindungan.
Walikota Vadym Boychenko mengatakan kepada The Associated Press setidaknya 21.000 orang tewas di Mariupol, dengan mayat-mayat "tergeletak di jalan-jalan."
Dia mengatakan Rusia mengerahkan peralatan kremasi bergerak untuk membuang jenazah secara metodis, dengan tujuan menghancurkan bukti pembantaian dan mencegah organisasi internasional mendokumentasikan "kengerian yang menjadi tanggung jawab tentara Rusia."
Dia menduga mayat juga dibuang ke kuburan massal di luar kota.
Dia memperkirakan 120.000 orang tetap di Mariupol dari populasi sebelum perang sekitar 450.000.
Baca Juga: Komandan Pasukan Ukraina di Mariupol Beri Pesan Terakhir, Minta Pertolongan ke Pemimpin Dunia
Ukraina mengirim beberapa pasukan terbaiknya untuk mempertahankan Mariupol, termasuk Brigade Marinir ke-36, pasukan Kementerian Dalam Negeri, penjaga perbatasan, dan Resimen Azov milik garda nasional.
Resimen Azov adalah pasukan sukarelawan berpengalaman yang secara luas dianggap sebagai salah satu unit paling mampu di Ukraina dan telah dipilih oleh Rusia sebagai penjahat tertentu karena ideologi Neo-Nazi sayap kanannya.
Moskow mengerahkan personil tempur dari Chechnya, yang dikenal karena keganasan dan ketenangan mereka dalam perang kota, untuk mengobarkan pertempuran jalanan di Mariupol.
Pemimpin Chechnya yang didukung Moskow, Ramzan Kadyrov, berulang kali membual di media sosial tentang mengalahkan Ukraina di Mariupol, tetapi pertarungan terus berlanjut.
Setelah berminggu-minggu pertempuran dari rumah ke rumah di mana Rusia dipandang mengalami kerugian besar, termasuk beberapa perwira senior dan jenderal, para pembela Mariupol bersembunyi di kantong perlawanan terakhir yang tersisa, pabrik raksasa Azovstal yang mempekerjakan 10.000 pekerja sebelum perang.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.