“Fakta bahwa Profesor Goldreich memutuskan untuk mendonasikan Israel Prize kepada organisasi-organisasi yang bekerja melawan tentara-tentara Angkatan Pertahanan Israel yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk kita…membuktikan bahwa dia seorang provokator yang tidak dapat terlibat dalam bidang akademik dengan tangan yang bersih, dan tidak pantas menerima penghargaan nasional,” kata Shasha-Biton menanggapi putusan Pengadilan Tinggi tersebut.
Bulan lalu, Goldreich menandatangani petisi yang mendesak Uni Eropa menghentikan pendanaan bagi Ariel University yang berlokasi di pemukiman Israel, Ariel, di Tepi Barat.
Pemukiman-pemukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah Palestina yang diduduki Israel, adalah ilegal menurut hukum internasional.
Baca Juga: Kekerasan Meningkat selama Ramadan, Israel Bunuh 4 Warga Palestina dalam Waktu 24 Jam
Sementara itu, kelima organisasi yang akan menerima donasi dari Goldreich memuji langkah sang profesor yang mendukung hak-hak warga Palestina.
“Profesor Goldreich telah menggunakan nama, status, dan prestasinya untuk mendorong perjuangan demi kesetaraan, keadilan, demokrasi dan hak asasi manusia,” bunyi pernyataan bersama kelima organisasi tersebut seperti dilansir Middle East Monitor.
Dikutip dari laman webnya, Breaking the Silence adalah organisasi yang dibentuk tentara-tentara veteran Israel yang mengumpulkan dan memublikasikan kesaksian-kesaksian para tentara tentang dugaan penindasan yang dilakukan militer Israel di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur.
"Kerja kami bertujuan untuk menghentikan pendudukan," tulis Breaking the Silence dalam laman webnya.
Baca Juga: Kemlu Palestina Kecam Pernyataan PM Israel yang Tak Batasi Aksi Tentaranya
Sedangkan Standing Together menyebut dirinya sebagai “gerakan akar rumput yang menggerakkan warga Yahudi dan Palestina dari seluruh Israel untuk mewujudkan perdamaian, kesetaraan, keadilan sosial dan iklim.”
Adapun Kav LaOved merupakan organisasi non-pemerintah yang berkomitmen dalam membela hak-hak pekerja di Israel tanpa melihat kewarganegaraan, agama, gender, dan status hukum.
Sementara B’Tselem merupakan organisasi non-pemerintah Israel yang mendokumentasikan pelanggaran-pelanggaran HAM terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Terakhir, Adalah merupakan organisasi HAM dan bantuan hukum yang memiliki misi mendorong penghormatan atas HAM di Israel secara umum, dan khususnya hak-hak minoritas warga Palestina di Israel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.