BUDAPEST, KOMPAS.TV - Perdana Menteri (PM) Hungaria Viktor Orban menyerukan resolusi damai untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina, Sabtu (12/2/2022). Menurut Orban, konflik hanya akan menimbulkan kerugian di kawasan.
Orban khawatir perang terbuka akan membuat ratusan ribu pengungsi Ukraina menyeberang ke negaranya. Ia menyebut bahwa menghindari perang juga menjadi kepentingan Hungaria.
Di lain sisi, politikus yang menguasai Hungaria sejak 2010 itu menentang rencana sanksi oleh Uni Eropa.
“Sanksi, kebijakan menghukum, ceramah atau bentuk arogansi apa pun dari kekuatan-kekuatan besar tidaklah relevan,” kata Orban.
Baca Juga: Kremlin Tuding Amerika Serikat Terlalu Lebay Tentang Dugaan Rencana Invasi Rusia ke Ukraina
Kendati menjadi anggota Uni Eropa, pemerintahan Orban bersekutu dekat dengan Kremlin. Pekan lalu, ia melobi Vladimir Putin untuk meningkatkan pasokan gas dari Rusia dan menyanjung kerja sama dua negara di sektor energi, perdagangan, dan keamanan.
Hungaria sendiri menolak pengiriman pasukan oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO. Keduanya memobilisasi pasukan di kawasan Eropa Timur seiring konsentrasi pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Isu serangan ke Ukraina berulangkali disuarakan Barat belakangan ini. Pada Jumat (11/2) lalu, penasihat Joe Biden bahkan memprediksi Rusia akan menyerang Ukraina sebelum Olimpiade Musim Dingin di Beijing berakhir pada 20 Februari mendatang.
Rusia pun menampik klaim tersebut. Moskow menuduh AS terlalu membesar-besarkan konsentrasi pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Meskipun demikian, Rusia gencar menggelar latihan perang dan memperlengkap elemen militer di perbatasan. Moskow disebut telah mengirim pasokan persediaan di perbatasan dan menerjunkan kapal perang ke Laut Hitam.
Baca Juga: Intel AS Prediksi Rusia Serang Ukraina Rabu Pekan Depan, Dimulai Serangan Udara dan Tembakan Rudal
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.