Kompas TV internasional kompas dunia

Pedro Castillo, Guru SD dan Petani yang Jadi Calon Kandidat Presiden Peru

Kompas.tv - 19 April 2021, 00:47 WIB
pedro-castillo-guru-sd-dan-petani-yang-jadi-calon-kandidat-presiden-peru
Dua kandidat calon presiden Peru: Pedro Castillo, seorang petani dan guru SD di pedesaan dan Keiko Fujimori, putri mantan presiden dan tokoh politik paling mapan di Peru. (Sumber: nodal.am)
Penulis : Vyara Lestari | Editor : Hariyanto Kurniawan

Fujimori sendiri sempat dibui sebagai bagian dari investigasi korupsi, meskipun ia kemudian dibebaskan. Ayahnya Alberto, yang memerintah antara tahun 1990-an dan 2000, tengah menjalani hukuman penjara 25 tahun karena korupsi dan membunuh 25 orang. Keiko berjanji akan membebaskan ayahnya jika ia terpilih sebagai presiden.

Castillo dan Fujimori, kedua kandidat ini menjalani kehidupan yang begitu berbeda secara dramatis.

Meskipun ayah Fujimori merupakan sosok di luar lingkar politik saat ia menjabat sebagai presiden Peru, Fujimori tumbuh dalam lingkup kekuasaan. Ia kuliah di Universitas Boston dan meraih gelar masternya dari Universitas Columbia di Amerika Serikat (AS). Ia kemudian menjadi ibu negara mendampingi ayahnya menjabat selama 6 tahun belakangan.

Sementara, Castillo adalah putra pasangan petani yang buta huruf. Castillo anak ketiga dari 9 bersaudara. Ia menyelesaikan pendidikannya di bidang psikologi pendidikan di Universitas Cesar Vallejo di Peru. Usai lulus, ia tinggal di distrik ketiga termiskin di Peru, dikelilingi pohon cemara, ladang jagung, babi dan sapi ternaknya.

Ia mengenakan poncho, topi jerami dan sandal yang terbuat dari ban bekas. Manakala ia berjalan melalui kawasan pedesaan, orang-orang menyambut dan menyalaminya.

Pedro Castillo bersama putri dan putranya serta istrinya tengah berdoa sebelum menyantap sarapan di rumah mereka di Chugur, Peru, Jumat (16/4/2021). (Sumber: AP Photo/Martin Mejia)

Castillo mengusulkan untuk menasionalisasi sektor tambang, minyak dan energi. Ia juga berencana mendeportasi seluruh imigran ilegal yang melakukan tindak pidana kejahatan, sebuah langkah yang ditujukan bagi gelombang imigran asal Venezuela yang mencari suaka di Peru.

Castillo juga sempat mengungkapkan penentangannya terhadap pernikahan sesama jenis. Baginya, isu aborsi dan LGBT bukanlah prioritas.

Kesempatannya memberlakukan kebijakannya juga tidak jelas. Ia akan menghadapi kongres yang terpecah belah yang baru terpilih pada 11 April. Saat ini, partainya memiliki 37 kursi dan 130 kursi, meskipun penghitungan untuk menentukan berapa banyak kursi yang didapatkan masing-masing partai belum selesai.

Peluangnya memenangkan pilpres Juni mendatang melawan Fujimori terbilang besar. Castillo meraih 19% dukungan pada putaran pertama, sementara Fujimori hanya mendapat 13%, dan sisanya tidak memilih keduanya.

Usulan Castillo untuk menasionalisasi sektor-sektor ekonomi yang luas telah membuat khawatir banyak orang di Peru, termasuk beragam kepentingan bisnis.

Peraih Hadiah Nobel Sastra dari Peru, Mario Vargas Llosa, yang sejak lama mengkritik Keiko Fujimori dan ayahnya, memperingatkan bahwa Peru akan mengalami krisis seperti Venezuela jika Castillo menang. Ia menuliskan hal ini dalam sebuah kolom di harian El Pais pada Sabtu (17/4/2021).

“Ini bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, putri yang benar-benar abai,” tulis Vargas Llosa, yang kalah dalam pilpres 1990 melawan Alberto Fujimori. Ia mendesak orang-orang agar mendukung Keiko Fujimori karena dinilai “kurang jahat”.

Siapapun yang memenangkan pilpres putaran kedua nanti, ia harus menghadapi pukulan ekonomi akibat pandemi, yang telah menyebabkan lockdown selama lebih dari 100 hari hingga membuat 7 juta orang menganggur.

Dibandingkan dengan mantan Presiden Bolivia Evo Morales – mantan pemimpin serikat buruh petani koka Bolivia – Castillo belum pernah memegang jabatan publik sebelum mencalonkan diri sebagai presiden. Morales sempat menjabat di Kamar Deputi Bolivia sebelum menjadi presiden.

Satu-satunya “jabatan politik” yang pernah diemban Castillo adalah memimpin aksi mogok para guru selama 55 hari demi upah yang lebih layak. Castillo merupakan guru desa yang aktif mengajar hingga 2020. Sembari menjalani masa kampanye, Castillo tetap melanjutkan pekerjaannya bertani di Chugur, ratusan kilometer dari ibukota Lima.

“Saat Anda meminta hak Anda, mereka bilang Anda teroris,” kata Castillo, tampaknya merujuk pada tuduhan yang dilontarkan sejumlah media Peru yang memiliki kaitan dengan kelompok pemberontak Maoist Shining Path di Peru.

“Saya mengenal negeri ini, dan mereka tak akan bisa membungkam saya,” tandas Castillo. “Teroris sebenarnya adalah kelaparan dan penderitaan, pengabaian, ketidaksetaraan, ketidakadilan.”




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x