PARIS, KOMPAS.TV - Prancis pada Kamis (15/04/2021) menjadi negara ketiga di Eropa setelah Inggris dan Italia yang mencapai tonggak tak diinginkan sebesar 100.000 kematian terkait Covid-19.
Seperti dilansir Associated Press, Jumat (16/4/2021), saat ini infeksi dan kematian baru kembali melonjak akibat varian baru virus Covid-19.
Negara berpenduduk 67 juta itu adalah negara kedelapan di dunia yang mencapai angka tersebut setelah satu tahun rumah sakit di seluruh negeri kewalahan, karantina wilayah Covid-19 dan kehilangan pribadi yang sangat besar yang telah membuat keluarga di seluruh negeri berduka atas dampak pandemi.
Momen tersebut memicu pesan solidaritas dari Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Sejak dimulainya pandemi, 100.000 wanita dan pria Prancis telah meninggal karena virus. Kita semua memikirkan keluarga mereka, orang yang mereka cintai, anak-anak yang kehilangan orang tua atau kakek nenek, saudara yang berduka, persahabatan yang putus,” kata Macron di Twitter. “Kami tidak akan melupakan wajah dan nama (mereka),” tambahnya.
Baca Juga: Waspada Terhadap Varian Virus P.1, Prancis Tangguhkan Seluruh Penerbangan dari Brasil
Prancis mencatat 300 kematian baru pada Kamis ke penghitungan hari sebelumnya 99.777, sehingga total menjadi 100.077 kematian.
Lionel Petitpas, presiden kelompok Korban Covid-19 mengatakan kepada The Associated Press angka tersebut adalah "ambang batas yang penting."
Setelah berbulan-bulan orang terbiasa dengan virus, angka tersebut “menusuk banyak pikiran. Itu angka yang kami pikir tidak akan pernah tercapai," katanya.
Petitpas, yang kehilangan istrinya Joelle pada 29 Maret tahun lalu karena virus, mengatakan keluarga korban "ingin pemerintah membuat gerakan kolektif untuk mengakui kehilangan kolektif kami".
Baca Juga: Demonstrasi Anti-Prancis Kian Masif, Kedutaan Prancis Imbau Warganya Tinggalkan Pakistan
Macron mengatakan kepada surat kabar Le Parisien bahwa dia memikirkan semua orang yang meninggal dalam pandemi dan keluarganya.
Pandemi itu "sangat kejam" bagi individu "yang terkadang tidak dapat menemani, pada saat-saat terakhir dan dalam kematian, seorang ayah, ibu, orang yang dicintai, seorang teman," kata Macron. Namun krisis juga menunjukkan "kemampuan rakyat Prancis untuk bersatu".
Juru bicara pemerintah Prancis Gabriel Attal menyarankan terlalu dini untuk menetapkan tanggal tertentu untuk menghormati mereka yang meninggal karena Prancis sekarang sedang berjuang melawan peningkatan pesat lainnya dalam kasus-kasus yang dikonfirmasi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.