NEW YORK, KOMPAS.TV – Restoran cepat saji McDonald’s menyatakan pada Rabu (14/4/2021) akan mewajibkan pelatihan anti pelecehan bagi para karyawannya di seluruh dunia mulai tahun depan. Pelatihan untuk memerangi pelecehan, diskriminasi dan kekerasan itu akan diberikan bagi 2 juta karyawan di 39.000 restoran McDonald’s di seluruh dunia.
“Mewujudkan tempat kerja yang aman dan saling menghargai, di mana para karyawan merasa dilindungi, sangat penting bagi bisnis kami,” ujar Presiden dan CEO McDonald’s Chris Kempczinki seperti dikutip dari The Associated Press, Rabu (14/4/2021). “Ini pula yang diharapkan dari masyarakat.”
Baca Juga: Wow, Pegawai McDonald Berusia 100 Tahun Belum Ingin Pensiun: Saya Merasa Beruntung
Rencana pelatihan itu merupakan respon perusahaan atas pelecehan seksual yang terjadi di jaringan restoran burger terbesar dunia itu. Sedikitnya 50 karyawan menuntut McDonald’s selama 5 tahun belakangan atas pelecehan fisik dan verbal yang terjadi. Beberapa kasus juga menyebut adanya aksi balasan dari pihak perusahaan saat karyawan mengadu. Pada November 2019, McDonald’s memecat mantan CEO Steve Easterbrook setelah ia mengaku memiliki hubungan khusus dengan salah seorang karyawan.
Mulai Januari 2022, restoran McDonald’s di seluruh dunia – yang 93%nya dimiliki oleh pewaralaba – akan diwajibkan untuk memenuhi standar baru. Mereka juga harus mengumpulkan umpan balik terkait lingkungan kerja dari para karyawan dan manajer, dan membagikan hasilnya pada para karyawan. Evaluasi perusahaan juga akan mempertimbangkan keamanan fisik dan emosional para karyawan.
Baca Juga: Patung Ikonik Ronald McDonald Dicuri, Bagi yang Menemukan Diberi Imbalan Rp 21 Juta!
Sejumlah karyawan McDonald’s mengeluhkan adanya sentuhan tak diinginkan, komentar cabul, pelecehan verbal dan serangan fisik saat bekerja. Dalam beberapa kasus, para karyawan menuding para manajer mengabaikan keluhan mereka dan malah membalas dengan memberikan jam kerja yang lebih sedikit atau memindahkan mereka ke cabang restoran lain.
McDonald’s pertama kali mencoba menangani masalah itu pada tahun 2018 dengan memperkenalkan pelatihan pelecehan bagi para pewaralaba dan manajer umumnya di Amerika Serikat (AS). Tahun berikutnya, McDonald’s memulai layanan pengaduan bagi karyawan dan membuka program pelatihan bagi seluruh 850.000 karyawannya di AS. Namun, saat itu, perusahaan tidak mewajibkan pewaralaba menggelar pelatihan itu.
Baca Juga: Pria Ancam Ledakkan Gerai McDonald, Motifnya karena Benci Produk Luar Negeri
Kempczinski, yang menjadi presiden dan CEO McDonald’s setelah Easterbrook ditendang keluar, mengatakan, banyak pewaralaba yang menyediakan pelatihan. Namun, seiring pandemi melanda, yang menekankan faktor kesehatan dan keselamatan para pekerja, ia merasa bahwa pelatihan harus diperluas dan diwajibkan.
Banyak pewaralaba McDonald’s yang mendukung perubahan itu.
“Sebagai pemberi kerja, kami punya peran penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang memenuhi standar nilai yang tinggi dan aman,” ujar Mark Salebra, ketua Aliasi Kepemimpinan Pewaralaba Nasional AS dalam pernyataan yang dibagikan oleh McDonald’s. Aliansi ini mewakili lebih dari 2.000 waralaba di seluruh AS.
Baca Juga: 20 Tahun Beroperasi, McDonald's Kuta Beach Tutup Permanen
McDonald’s akan bekerja dengan para ahli untuk menyediakan material pelatihan, dan pewaralaba diperbolehkan untuk memilih program pelatihan mereka.
Vanessa Bohns, seorang profesor di Universitas Cornell yang mempelajari tentang perilaku organisasi, mengatakan, pelatihan pelecehan seksual saja kemungkinan tidak akan efektif dan dapat memicu reaksi balik.
Menurut Bohns, McDonald’s harus melawan pelecehan dengan cara lain, termasuk mengajari karyawan untuk melakukan intervensi ketika mereka menyaksikan pelecehan terjadi. McDonald’s juga harus memastikan bahwa perempuan, terutama dari kaum minoritas, dipromosikan ke jenjang manajerial.
Baca Juga: McDonald's Angkat Kaki dari Sarinah, Erick Thohir: Saya Tidak Anti Merek Asing
Pada Februari lalu, McDonald’s mengumumkan akan mulai menambah lebih banyak perempuan dan minoritas yang kurang terwakili ke jajaran manajemennya.
Kempczinski berharap, upaya anti pelecehan McDonald’s dapat menjadi contoh bagi industri restoran.
“Mari gunakan ini untuk meningkatkan seluruh standar untuk industri ini,” pungkasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.