Margaret Rhodes, sepupu ratu, menulis dalam otobiografinya tahun 2011, "The Final Courtesy," bahwa "Elizabeth benar-benar jatuh cinta sejak pandangan pertama."
Selama perang, keduanya bertukar surat. Philip bertugas di Angkatan Laut Kerajaan saat Elizabeth diungsikan dari istana satu ke istana lain ketika Inggris sedang dibom Jerman. Elizabeth akhirnya menetap dengan adik perempuannya, Margaret, di Kastil Windsor.
Marion Crawford yang menjabat sebagai pengasuh mereka, dalam memoar 'The Little Princesses' menulis, Elizabeth terpesona dengan mata biru Philip yang menawan dan ketampanan Viking Philip yang memabukkan laksana candu.
Tapi pasangan yang kasmaran itu menunggu sampai perang usai untuk bertunangan.
Ketika kerumunan orang merayakan pernikahan mereka di Westminster Abbey pada tahun 1947, tak satu pun dari mereka menyangka Elizabeth akan dinobatkan sebagai ratu dalam waktu dekat.
Ayahnya, Raja George VI, saat mereka menikah masih berusia awal 50-an. Philip, yang diberi gelar Duke of Edinburgh, bermaksud melanjutkan kariernya di angkatan laut setelah menikah. Tetapi raja meninggal lima tahun setelah pernikahan mereka, dan Elizabeth menjadi ratu pada usia 25 tahun.
Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal di Usia 99 Tahun
Philip terpaksa berhenti dari karier angkatan lautnya. Pada tahun 1992, dia mengatakan dalam sebuah wawancara, "Saya lebih suka tetap di angkatan laut, terus terang saja."
Dia kemudian menyebut pengunduran dirinya dari angkatan laut sebagai hal yang secara alami mengecewakan.
Banyak laporan yang menyebut ketegangan di pernikahan Elizabeth dan Philip. Tetapi Philip dan Elizabeth bertahan, sambil berkeliling dunia bersama, memiliki empat anak, delapan cucu dan 10 cicit.
Menurut Tatler, yang mencatat kehidupan bangsawan Inggris, Philip kerap menggoda Ratu Elizabeth secara pribadi, memanggilnya "Lilibet" dan "Sosis." atau terkadang hanya "Sayang".
Di awal pernikahan mereka, Philip sering mengambil peran sebagai ibu rumah tangga sementara istrinya menghadiri acara resmi.
Philip menggantungkan lukisan di dinding dan memindahkan kursi di salah satu flat yang mereka tinggali. Philip menyukai gadget, pernah membeli mixer listrik untuk Elizabeth.
Philip bahkan membelikan Elizabeth hadiah yang telah diberikan oleh banyak suami selama bertahun-tahun kepada istri mereka, mesin cuci.
"Philip adalah ibu rumah tangga yang rajin," tulis Eade.
Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal Dunia, Klub-Klub Liga Inggris Ucapkan Bela Sungkawa
Tapi dia juga orang yang frustasi. Philip tidak menyukai formalitas. Dia lebih suka membawa tasnya sendiri, membuat martini sendiri, dan berbicara sendiri dengan orang lain - bukan melalui memo atau kurir.
Sementara dia merindukan karier militer lamanya kembali, para pengamat kerajaan menulis, Philip akhirnya menikmati perannya sebagai sahabat karib Elizabeth.
Jika pernikahan adalah saling memberi dan menerima antara suami dan istri, demikian juga antara Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip.
Pekerjaan sebagai Ratu menuntut dia menjadi seorang tradisionalis yang kaku. Tetapi Philip jelas bukan seorang tradisionalis dalam memenuhi tugas kerajaannya.
Dia menolak, tulis Eade, pidatonya ditulis oleh pejabat humas istana. Sebaliknya, ia menulis sendiri atau berbicara tanpa teks, seringkali mengarah ke kesalahan ucap.
Philip juga masih bersikeras untuk hang out dengan teman-teman lamanya di klub, yang menyebabkan rumor perselingkuhan terus-menerus.
Tapi pernikahan yang terkesan musykil itu bertahan dari perilaku Philip yang sengat mencintai kebebasan dan spontanitas. Maklum, Philip adalah mantan tentara profesional.
Salah satu foto terakhir mereka bersama adalah pada hari jadi mereka yang ke-73 tahun lalu.
Mereka duduk bersama. Elizabeth, dengan gaun ungu muda yang cantik. Philip dalam setelan jas. Mereka melihat kartu ulang tahun buatan tangan yang diterimanya dari cucu mereka. Mereka tersenyum - Seorang Ratu bersama seorang pangeran, seorang suami bersama istrinya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.