NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Junta militer Myanmar membantah semua tuduhan yang diungkapkan oleh perwakilan PBB untuk Myanmar, Christine Scharner Burgener.
Tuduhan tersebut termasuk pembunuhan anak-anak. Junta militer menegaskan tuduhan itu berat sebelah dan tak adil.
Sebelumnya, Burgener mengungkapkan pada sebuah sesi tertutup dengan 15 anggota dewan PBB, Rabu (31/3/2021).
Baca Juga: Tentara Junta Militer Myanmar Berhentikan Bus lalu Pukuli Penumpang dan Sopirnya
Menurutnya junta militer tak mampu mengurus negara itu setelah melakukan kudeta pada 1 Februari lalu.
Ia pun menegaskan, situasi saat ini akan membuat Myanmar terancam mengalami situasi yang lebih buruk, salah satunya adalah kemungkinan perang sipil.
Saat ini, lebih dari 500 orang telah terbunuh di seluruh Myanmar sejak kudeta, sedangkan menurut Save the Children, setidaknya 43 anak-anak telah meregang nyawa.
Baca Juga: Rusia Kirim Ribuan Pasukan ke Ukraina, Perang Dunia ke-3 Diyakini Bisa Terpicu Sebulan Lagi
Junta militer menegaskan pada Jumat (2/4/2021), tak ada bukti bahwa tentara yang sudah membunuh anak-anak.
Junta militer bahkan menyalahkan para pengunjuk rasa terkait jumlah kematian rakyat Myanmar yang kian besar.
Mereka bahkan menuduh para pengunjuk rasa mulai menggunakan senjata sejak pekan pertama Maret, dan telah mengambil langkah-langkah sesuai hukum untuk memadamkannya.
Baca Juga: Iran Nyatakan Sudah Miliki 50 Kilogram Uranium yang Diperkaya 20 Persen
“Ia gagal melihat fakta bahwa NLD (Liga Nasional Demokrasi) dan simpatisannya telah mengubah unjuk rasa menjadi kerusuhan bersenjata dan tuduhan sepihaknya tidaklah adil,” kata junta dikutip dari The Irrawaddy.
Ia juga mengatakan tak ada bukti adanya penembakan yang dilakukan tentara saat penyerbuan ke rumah warga yang menyebabkan kematian anak.
“Kami tak punya bukti mengenai kematian anak-anak tersebut,” ujarnya. Meski baegitu, sejumlah media telah mendokumentasikan anak-anak yang ditembak oleh tentara.
Baca Juga: Pasukan Militer Myanmar Kabur ke Hutan Usai Ratusan Warga Desa Melawan dengan Senjata Sendiri
Hal itu terjadi saat mereka berada di dalam atau di dekat rumahnya, ketika tentara dan polisi menyerbu area penduduk dengan tembakan membabi buta.
Bahkan korban adalah bocah pria berusia lima dan perempuan yang berusia enam tahun.
Sementara pekan lalu, setidaknya 11 anak tertembak mati, termasuk anak perempuan berusia 11 tahun yang sedang bermain di depan rumahnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.