Tiga puluh tahun lalu, sebelum gerakan kebangkitan budaya Maori muncul di Selandia Baru, tato wajah cenderung dikaitkan dengan anggota geng.
Mahuta mengatakan, dia masih menemukan reaksi negatif ketika orang-orang melihat tato tersebut. Namun saat ini, kebanyakan orang telah mengenali ‘moko kauae’ yang digunakannya sebagai penegasan budaya.
Baca Juga: Jacinda Ardern Disumpah Jadi Perdana Menteri Selandia Baru, Tempatkan 8 Perempuan di Kabinet
Mahuta adalah putri dari Sir Robert Mahuta, seorang tokoh kunci yang membantu menyelesaikan klaim finansial antara suku pribumi dengan pemerintah kolonial Inggris, atas tanah yang diambil selama penjajahan.
Mahuta mengatakan, sang ayah merupakan mentornya, yang kerap memberi Mahuta tugas-tugas yang sulit. Namun demikian, bukanlah sang ayah yang membuat dia terjun ke dunia politik. Teman-teman yang dia temui di universitas merupakan pendorong utamanya untuk terjun ke politik.
“Saya pikir jika saya tidak terjun ke politik, saya akan tetap menjadi anggota suku,” katanya seperti dikutip dari the Associated Press.
Meskipun keputusan Ardern untuk memilih Mahuta sebagai menlu mengejutkan banyak pihak, namun sebenarnya karir politik Mahuta tidak tercipta dalam semalam.
Mahuta merupakan anggota parlemen Selandia Baru yang dihormati, selama hampir separuh hidupnya. Dia pertama kali terpilih sebagai anggota parlemen pada tahun 1996, ketika masih berusia 26 tahun.
Lara Greaves, dosen politik di Universitas Auckland, mengatakan Mahuta sangat siap untuk menjalankan perannya sebagai Menlu Selandia Baru. Mahuta dinilai telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mendalami diplomasi budaya tingkat tinggi dalam masyarakat Maori.
“Saya pikir ini adalah langkah yang sangat positif,” kata Greaves.
Menurut Greaves, keterkejutan dunia akan dipilihnya Mahuta sebagai menlu merupakan cerminan dari dominasi pria dalam urusan diplomasi luar negeri.
Baca Juga: Hasil Referendum Selandia Baru: Ya Pada Euthanasia, Tidak Pada Ganja
Mahuta kemudian menyatakan keinginannya agar lebih banyak perempuan yang terlibat dalam diplomasi luar negeri.
"Saya adalah bagian dari sekelompok kecil perempuan, yang telah mengulurkan dan saling mengaitkan tangan untuk mengatakan, banyak yang bisa kita lakukan bersama," ujarnya.
Sebagai menlu pertama Selandia Baru yang merupakan perempuan dari suku pribumi, tentu banyak harapan yang disematkan padanya. Dunia menunggu gebrakan Nanaia Mahuta dalam diplomasi luar negeri.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.