Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
JAKARTA, KOMPAS.TV - Tulisan bisa menjadi tempat kita berekspersi , kadang dianggap juga sebagai terapi. Tulisan adalah tempat kita berbagi cerita. Kali ini saya ingin berbagi kisah dan menuangkannya dalam bentuk musikalisasi puisi.
“Menerima”
Oleh: Rika Amanda
Di garis bahari, Semburat jingga sudah menyapa
kerlap kerlip lampu kecil menyinari
jalanan Kota yang mendadak sepi
Mengaduk- aduk sisa ambisi dan ilusi manusianya
yang masih tetap menyala ,membara .
Ku seduh secangkir doa-doa langit
Biarlah malam meneguk kisah, kesah, dan lelah
Ku tak pernah belajar dari bait- bait sastra
Bahwa selalu ada tanda koma
Untuk sejenak mengambil jeda,
Sejenak berdamai dengan semesta,
Sejenak melebur
Dengan Tuhan yang tak pernah tidur,
Sejenak membaur
Dengan -Nya yang tak kenal libur.
Sejenak merayakan luka,
Karena hidup bukan selamanya
Hanya tentang berpesta.
Terkadang rasanya memang melelahkan
Berkejaran dengan cepatnya roda kehidupan.
Berusaha mati-matian
Melukis ulang garis tangan,
Sekuat tenaga, tapi hasilnya tidak ada.
Kadang rasanya seperti naik bianglala,
Berputar-putar di tempat yang sama.
Aku seringkali tak peduli
Atau pura-pura tuli
Tak mau mendengar puisi- puisi dalam hati,
Sibuk mengoleksi daftar panjang validasi yang sama sekali tak pasti
Sampai akhirnya, beberapa bulan ini
Bumi menyuruhku berdiam diri
Aku perlahan dilahap sunyi
Dipaksa kembali ke dalam diri
Menemui yang selalu aku cari.
Menemui yang selalu aku hindari.
Entah kenapa ku tak pernah belajar
dari tanda koma diantara rafal fal bait- bait sastra.
Bahwa selalu ada jeda,
Sejenak berdamai dengan semesta
Melebur membaur dengan Pencipta
yang tak kenal libur.
Tak apa untuk merayakan luka,
Karena hidup bukan hanya tentang berpesta
Kadang rasanya seperti naik bianglala,
Berputar-putar di tempat yang sama.
Aku seringkali tak peduli
Atau pura-pura tuli
Tak mau mendengar jiwa milik sendiri berpuisi,
Sampai akhirnya perlahan dilahap sunyi
Dipaksa kembali ke dalam diri,
Yang selalu aku hindari.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.