GAZA CITY, KOMPAS.TV — Sebagian besar paramedis dan petugas penyelamat yang tewas dalam serangan Israel di Gaza selatan pada akhir Maret lalu meninggal akibat tembakan langsung ke kepala atau dada.
Temuan itu diungkapkan dalam laporan autopsi yang diperoleh The New York Times dan semakin memperkuat dugaan pelanggaran hukum humaniter internasional oleh militer Israel.
Dalam serangan yang terjadi pada 23 Maret 2025 itu, berdasarkan kesaksian saksi mata serta rekaman video dan audio, tentara Israel menembaki ambulans dan truk pemadam kebakaran milik Palang Merah Palestina serta badan pertahanan sipil Palestina yang tengah bertugas mengevakuasi korban.
Baca Juga: Tenaga Medis Dieksekusi Israel, Bulan Sabit Merah Palestina Desak Penyelidikan Internasional
Total 15 orang dilaporkan tewas, terdiri dari 14 petugas penyelamat dan seorang pengemudi kendaraan PBB yang melintas sesaat setelah serangan berlangsung.
Israel mengakui pihaknya melakukan serangan tersebut. Namun, dalam beberapa pernyataan, militer Israel memberikan keterangan yang berubah-ubah terkait alasan penembakan.
Militer Israel juga menyebut, tanpa disertai bukti, bahwa beberapa korban merupakan anggota Hamas. Sejauh ini, penyelidikan internal oleh otoritas Israel masih berlangsung.
Berdasarkan laporan autopsi yang dilakukan pada 1–5 April 2025 oleh Dr Ahmad Dhair dari Kementerian Kesehatan Gaza, sebagian besar korban mengalami luka tembak di bagian vital tubuh.
Dari 14 korban yang diperiksa, 11 di antaranya mengalami luka tembak, dengan enam korban terkena di dada atau punggung dan empat lainnya di kepala. Beberapa korban ditemukan dengan luka tembak lebih dari satu kali.
Salah satu korban menderita luka serpihan logam di dada dan perut, sementara dua lainnya memiliki luka yang diduga akibat ledakan.
Rekaman video yang dianalisis menunjukkan adanya tembakan beruntun, namun belum dapat dipastikan apakah terdapat ledakan yang menyertai serangan.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.