JAKARTA, KOMPAS.TV - Ifan Seventen resmi ditunjuk Kementerian BUMN menjadi Dirut PFN. Keputusan ini menuai banyak prokontra lantaran Ifan adah seorang musisi.
Lalu apa itu PFN? PT Produksi Film Negara (Persero) yang bergerak di bidang industri perfilman. Lembaga ini juga merupakan salah satu perintis industri film di Indonesia.
Mengutip website resmi PFN (pfn.co.id), Produksi Film Negara (PFN) adalah BUMN yang bergerak di bidang industri audiovisual. Saat ini PFN bertransformasi menjadi perusahaan pembiayaan film. Hal tersebut selaras dengan komitmen PFN untuk mengembangkan ekosistem berkualitas demi kemajuan industri perfilman dan konten Indonesia.
PFN memiliki tiga misi yang dibagi menjadi:
Baca Juga: Ifan Seventeen Jadi Dirut PFN, Sejumlah Artis Berkomentar Lewat Medsos
Sejarah PT Produksi Film Negara (PFN)
Sebelum menjadi PFN, perusahaan tersebut mengalami tiga fase. Mulai dari Era Belanda, Era Jepang dan Lahirnya Berita Film Indonesia.
PFN di Era Belanda
Sejarah PFN dimulai dengan berdirinya Java Pacific Film (JPF) pada tahun 1934. Didirikan oleh Albert Balnik, JPF berhasil memproduksi beberapa film, salah satunya adalah film yang berjudul “Pareh.” Film tersebut menarik perhatian di Belanda dan diakui sebagai salah satu karya sinematik terbaik Hindia Belanda kala itu.
Pada tahun 1936, JPF kemudian berubah menjadi Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat (ANIF) atau Sindikat Umum Film Hindia Belanda.
ANIF memproduksi salah satu film yang terkenal pada saat itu berjudul “Terang Bulan”. Film tersebut berhasil meraih kesuksesan besar hingga di tingkat internasional di tahun 1937.
PFN di Era Jepang
Pada tahun 1943, Angkatan Bersenjata Kekaisaran Jepang mengambil alih ANIF dan mengubah ANIF menjadi NIPPON Eiga Sha atau dalam Bahasa Indonesia dikenal sebagai Perusahaan Film Jepang. Hal ini dilakukan oleh otoritas Jepang untuk memperkuat konten film bertema propaganda selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Nippon Eiga Sha memberikan peran yang cukup signifikan kepada Raden Mas Soetarto, seorang pribumi yang menjadi wakil pimpinan Nippon Eiga Sha.
PFN di Era Indonesia Merdeka
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, Perusahaan Umum Produksi Film Negara (PT PFN) didirikan sebagai Berita Film Indonesia (BFI) pada 6 Oktober 1945 oleh R.M Soetarto.
Pendirian BFI disaksikan oleh Meteri Penerangan Amir SYarifuddin dan BFI resmi bergabung menjadi lembaga di bawah Kementerian Penerangan.
Pada tahun 1950, Kementerian Penerangan mengubah bentuk BFI menjadi Perusahaan Pilem Negara (PPN) lalu berganti menjadi Perusahaan Film Negara (PFN).
PFN menjadi Produksi Film Negara
Unsur perusahaan PFN dibagi menjadi empat badan yaitu
Kementerian Penerangan melalui SK Menteri Penerangan Nomor 55B/MENPEN/1957 memutuskan untuk menjadikan PFN sebagai Pusat Produksi Film Negara (PPFN) pada tanggal 16 Agustus 1975.
Melalui SK tersebut, PPFN bergabung di bawah Direktorat Jenderal Radio Televisi dan Film (RTF) Departemen Penerangan sebagai Unit Pelaksana Teknis).
PFN menjadi Badan Usaha Milik Negara PFN kemudian resmi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1988 pada tanggal 7 Mei 1988.
Perubahan ini bermaksud agar PFN dapat menjalankan aktivitas secara mandiri berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan sembari misi perusahaan juga bisa berjalan sesuai dengan tuntutan pembangunan Nasional.
Baca Juga: Kementerian BUMN Benarkan Ifan Seventeen Jadi Dirut PT PFN
Perubahan PFN dari Perum menjadi Perseroan Pada tanggal 12 Oktober 2023, telah dilakukan penandatanganan Akta Pendirian PT Produksi Film Negara (Persero) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta.
Hal ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2023 yang terbit pada tanggal 10 Agustus 2023, Tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (Perum) Produksi Film Negara menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) yang telah ditandatangani oleh Bapak Presiden Joko Widodo.
Perubahan ini dalam rangka persiapan akusisi oleh Danareksa.
Kerjasama Produksi film Unyil, dan banyak lagi
PFN mengunggah beberapa hasil kerjasama mereka dengan beberapa judul film, event, serta program televisi. Mereka menyimpan beberapa arsip juga di halaman film klasik yang isinya berbagai film perjuangan, termasuk "Pelangi di Nusa Laut" (1992), "Surat Untuk Bidadari" (1992), "Operasi Trisula" (1986), "Djakarta 66" (1986). Ada juga film klasik "Penumpasan Pengkhianatan G30/S PKI".
Tidak cuma film yang bernada propaganda, PFN juga paling dikenal karena serial "Si Unyil" yang tayang di TVRI sejak 1981. Kesuksesan PFN lewat boneka "Si Unyil" bahkan masih bisa dirasakan sampai era modern setelah tayang di salah satu televisi swasta hingga 2024.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.